13. Jalan - Jalan

147 66 180
                                    

Lebih baik lo lampiasin kemarahan lo sama gue dari pada sama diri lo sendiri. Karena gue ngerasa lebih sakit liat lo nangis apalagi liat lo terluka
.
.
.
🌸🌸🌸

Pagi - pagi sekali Aland sudah berada di halaman rumah Sisi, berdiri dan bersandar di mobilnya dengan celana jeans hitam dan kaos abu - abu yang ditutupi jaket hitamnya, terlihat tampan. Sudah 15 menit ia menunggu Sisi yang masih belum keluar dari rumahnya.

"Mau kemana?" Tanya Deni ketika melihat Sisi keluar dari kamarnya.

"Keluar." Singkat Sisi.

"Kenapa gak izin kalo mau keluar?" Tanya Deni lagi.

"Emang harus?" Tanya Sisi balik.

"Lo bener - bener gak tau sopan santun ya." Geram Deni.

"Gak usah pergi, masuk ke kamar lo sekarang." Ujar Deni dengan wajah datarnya.

Sisi tak menghiraukan ucapan Deni, ia terus melangkah menuruni setiap anak tangga. Mungkin mood kakaknya itu sedang buruk hingga melampiaskannya ke Sisi.

"Lo tuli ya, gue bilang masuk kamar lo sekarang!" Bentak Deni dengan tangan yang sudah mencengkram pergelangan tangan Sisi.

"Lo apaan sih, sejak kapan lo ngatur hidup gue." Jerit Sisi dengan menahan sakit di pergelangan tangannya.

Pyar

Pecah sudah vas bunga yang dilempar oleh Deni karena jaraknya tak jauh dari jangkauan Deni. Sisi sekuat tenanga menahan tangisnya, ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan orang lain.

"Kenapa gak lo lempar ke kepala gue aja?" Tanya Sisi dengan suara pelannya.

"Sekalian lo bunuh gue juga jangan cuma kak Fa," lanjut Sisi.

Plak

Sisi tersungkur di lantai saking kerasnya tamparan yang Deni berikan. Sebelum Deni mendekat lagi segera Sisi berlari keluar dari rumahnya.

Di sana Aland menunggu tepat di depan pintu rumah Sisi, segera Sisi menyembunyikan wajahnya di dada Aland dan menangis terisak. Berharap tidak ada yang tahu kalau dia menangis kecuali Aland.

"Lo kenapa?" Hanya itu yang keluar dari mulut Aland yang mendapat pelukan tiba - tiba dari Sisi.

Tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya ia hanya bisa diam dengan tangan mengusap lembut punggung Sisi menenangkan.

"Sakit Land," ujar Sisi serak dengan tangan yang memukul dadanya sendiri.

Dapat Aland lihat pipi kanan gadis itu yang memerah seperti bekas tamparan, segera ia membawa Sisi kembali ke pelukannya menghentikan gadis itu yang masih memukul dadanya sendiri.

"Shttt, kita masuk ke mobil dulu." Ujar Aland, lalu menuntun Sisi memasuki mobilnya.

Sekilas Aland melihat Deni yang berdiri di depan pintu rumahnya. Sekarang dia tahu kalau penyebab Sisi seperti ini karena Deni, tangannya terkepal dengan tatapan yang menajam melihat ke arah Deni.

"Kakak lo yang ngelakuin?" Tanya Aland.

"Kita mau ke mana?"

"Jangan ngalihin pembicaraan Si, kakak lo yang nampar lo atau bekas luka kemarin juga kakak lo yang ngelakuin?" Tanya Aland lagi ketika Sisi berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Bukan, nanti gue cerita." Lirih Sisi dan diangguki oleh Aland.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Sisi setelah mobil yang dikendarai oleh Aland keluar dari pekarangan rumahnya.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang