Gak papa kok hari ini sedih tapi aku harap besok jangan, kembalilah tersenyum.
.
.
Happy Reading
🌻🌻🌻Kini Sisi, Aland dan Bi Sulas tengah duduk di ruang tamu. Bi Sulas masih memikirkan dari mana ia akan bercerita.
"Jadi?" Tanya Aland memecah keheningan.
Bi Sulas menghembuskan napasnya pelan sebelum ia mulai bercerita.
"6 tahun yang lalu setelah non Fadila nemenin non Sisi belajar, dia pergi kerja kelompok. Sepulangnya dari kerja kelompok itu seharusnya den Deni menjemputnya. Tapi--" Bi Sulas mulai menceritakan, namun ia terdiam sejenak.
Sisi mengerutkan alisnya melihat Bi Sulas menangis. "Bi Sulas kenapa nangis?" tanya Sisi.
Aland mengisaratkan Sisi untuk tidak bertanya terlebih dahulu atau memotong cerita dari Bi Sulas.
"Sampai dimana ia dihadang oleh kakak kelasnya di jalan dan non Fadila diperkosa sama kakak kelasnya itu." Nafas Bi Sulas tercekat mengucapkan kalimat itu.
Perlahan air mata Sisi jatuh, ia ingin berteriak namun rasanya tenggorokannya kering hingga ia tidak bisa mengeluarkan kata apapun.
"Tapi para pelakunya sudah ditindak lanjuti oleh kepolisian, karena warga memergokinya. Saat kepergok oleh warga mereka ingin kabur, namun segera ditangkap oleh warga." Ujar Bi Sulas dengan air mata yang sudah mengalir sedari tadi.
"Kondisi non Fadila sudah sangat parah hingga ia tidak sadarkan diri saat itu, bukan fisiknya saja namun mentalnya juga. Ia hanya dirawat semalam di rumah sakit, dan pulang keesokan harinya. Tapi malamnya non Fadila bunuh diri, dan diperkirakan sudah sejak sore non Fa mengiris nadinya."
Sisi sudah terisak, ia tidak kuat mendengar kelanjutannya. Aland menarik Sisi kedalam dekapannya, menenangkan Sisi.
"Mereka?" Tanya Aland yang baru sadar jika Bi Sulas menyebut pelakunya 'mereka'.
"Iya den, katanya ada tiga orang." Tangisan Sisi semakin keras mendengarnya.
"Kak Fa Land." Lirihnya setelah lama tidak mengeluarkan suaranya.
Aland hanya bisa memeluk Sisi, ia dapat merasakan sesakit apa Sisi sekarang. Ia bahkan baru tahu sekarang kalau kakaknya kkrban pemerkosaan. Selama 6 tahun ia dihantui rasa ingin tahu mengapa kakaknya bunuh diri.
"Seharusnya den Deni yang menjemput non Fadila di tempat kerja kelompoknya, tapi mungkin den Deni lupa. Makanya nyonya selalu menyalahkan den Deni atas kepergian non Fa. Setiap bertemu dengan den Deni nyonya selalu ingin marah atas kelalaian den Deni."
"Dan kak Deni lampiasin amarah Mama sama aku." Ujar Sisi meski sembari terisak.
"Mungkin begitu non, tuan sudah memberikan penjelasan pada nyonya agar tidak selalu menyalahkan den Deni. Tapi nyonya tidak mau mendengarnya, itulah sebabnya ia selalu bertengkar dengan den Deni walaupun hanya masalah sepele."
"Ke kamar aja Si." Aland tahu kalau Sisi sudah tidak kuat mendengarkannya.
Aland menuntun Sisi menuju lantai dua, yaitu kamar Sisi. Setelah memasuki kamarnya Sisi hanya bisa duduk di tepi ranjangnya.
"Gue yang liat dia pertama kali Land, setelah dia bunuh diri. Gue masih inget gimana rasa takutnya gue saat liat kasur kakak gue penuh darah. Liat wajah dia yang pucat dan gue gak nyangka kalo sebelum hari itu, ternyata adalah senyum terakhir dia." Sisi menagis kembali, entah air matanya terus keluar.
"Gak papa hari ini lo sedih tapi besok jangan oke." Ujar Aland menyemangati Sisi.
Sisi terus menangis hingga ia tertidur di pelukan Aland, Aland yang sadar Sisi tertidur segera memindahkannya ke kasur. Ia melihat mata Sisi yang sembab, ia tersenyum sedih mengingat cerita tentang kakak Sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness Seekers
Teen FictionREVISI Wait for new version;) First story, jadi Follow dulu sebelum baca dan semoga suka sama cerita ini. ••• Seorang gadis introvert yang menutup diri dan menciptakan dunianya sendiri. Dia yang berteman dengan sepi, serta kesendirian adalah hal f...