29. Asing

40 7 7
                                    

Tidak ada yang spesial dalam hidupku sebelumnya, sampai akhirnya momen yang dulu hanya sebuah angan menjadi nyata namun mudah terlupakan lalu menjadi terasa asing.

-Sisilia Natalia Denata

...

Pagi-pagi sekali Aland sudah siap dengan pakaian rapi, bukan seragam sebab hari ini dia akan membolos padahal hari ini seharusnya dia bersekolah karena hari ini hari jum'at.

Seharusnya semalam Aland menemui Sisi, tapi saat melihat momen Sisi dan Deni jadi dia memutuskan untuk tidak merusak momen mereka yang baru berbaikan. Jadi Aland hanya melihat Sisi sebentar lalu dia akan kembali pagi ini ke rumah sakit dan hari ini juga Sisi akan memulai terapi berjalannya.

"Mah, aku ke rumah sakit dulu." Pamit Aland saat melihat Mamanya sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Tunggu bentar, ini bawa udah Mama siapin sarapan buat kamu sama kue bolu buat Sisi karna Mama tahu kamu bakal nolak sarapan di rumah." Ujar Clara menghentikan langkah Aland dan menyerahkan 2 kotak makan.

Aland tersenyum dan menerima kotak makan itu, Mamanya memang sangat mengerti dirinya pikir Aland. "Makasih Ma," ucap Aland lalu melanjutakan jalannya keluar rumah.

Clara tersenyum lembut melihat kepergian Aland, akhirnya dia melihat binar kehidupan lagi dalam mata anaknya itu. Aland kembali ceria tidak seperti saat Sisi masih belum sadar dari koma. Clara sendiri masih belum sempat untuk menjenguk Sisi lagi karena sebentar lagi akan menemani Papa Aland ke luar kota.

••••

Setelah memarkirkan mobilnya, Aland bergegas ke ruang rawat Sisi. Aland memutuskan membawa mobil karena akan ribet jika membawa 2 paper bag ditangannya dengan motor.

Setelah sampai di depan ruangan Sisi, Aland membuka perlahan pintu ruangan itu, yang ia lihat Sisi masih tertidur begitupun Deni yang masih tidur di sofa yang disediakan di ruangan Sisi.

Perlahan Sisi mulai membuka matanya dan pandangannya langsung tertuju pada Aland yang berdiri tak jauh dari Sisi sedang menurunkan kotak makan dari sebuah paper bag. Tanpa diminta Aland membatu Sisi untuk duduk, Sisi juga tidak menolak bantuan Aland.

"Hari ini jadwal terapi lo 'kan, jadi gue dateng pagi-pagi gini. Oh iya, Mama juga nitip kue buat lo." Ucap Aland seraya memberikan bingkisan yang Mamanya titipkan tadi.

"Thanks, Land." Balas Sisi.

Aland mengangguk dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya, dia rindu suara Sisi yang memanggilnya dulu dan baru saja Sisi menyebutkan namanya.

"Lo gak sekolah?" Tanya Sisi memecahkan kecanggungan antara keduanya.

"Enggak, masa gue sekolah sahabat gue belum sehat gini." Jawab Aland.

Sisi terdiam sebentar sebelum membalas ucapan Aland, "kita sedekat apa dulu Land?" Tanya Sisi.

Aland berjalan ke arah nakas dan membuka satu paper bag yang dia bawa tadi. Seperti buku yang berukuran sedang, itu album foto yang Sisi hadiahkan untuk ulang tahun Aland.

"Ini hadiah dari lo buat ulang tahun gue." Ujar Aland membawa album bersampul coklat itu ke arah Sisi.

Aland membuka lembaran album itu, Sisi jelas melihat foto mereka. Foto Aland dan Sisi yang jelas tersenyum ke kamera, ada juga foto mereka sendiri-sendiri.

Sisi melihat itu mulai berusaha mengingat, kenapa dia tidak ingat kapan foto itu diambil, kapan dia mulai mengenal Aland, dan kenapa kejadian-kejadian seperti itu bisa Sisi lupakan.

Kepalanya rasanya ingin pecah berusaha mengingat itu, "gue gabisa inget Land." Ujar Sisi lirih.

"Gak papa Si, gausah dipaksa." Jawab Aland dengan senyum yang dipaksakan.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang