8. Keluarga

217 157 275
                                    

Aku selalu berharap ada seseorang yang menemaniku, orang yang berpihak padaku selain diriku sendiri.
.
.
.
Happy Reading
🖤🖤

Sisi turun dari motor Aland menyerahkan jaket milik Aland. Ya, hari ini ia diantar pulang oleh Aland lagi karena supirnya mendadak tidak bisa jemput.

Saat Aland akan menyalakan motornya Sisi menahannya dengan memegang pergelangan tangan Aland.

"Hati - hati di jalan." Ucap Sisi seraya tersenyum manis, lalu mengangkat jari kelingkingnya di depan wajah Aland.

Aland hanya diam memperhatikan, ia tak mengerti maksud Sisi menyodorkan jari kelingkingnya.

"Pinky promise." Ujar Sisi menggerakkan jari kelingkingnya.

"Lo udah percaya sama gue?" Tanya Aland dan Sisi menganggukan kepalanya. Aland menautkan kelingkingnya melakukan pinky promise dengan Sisi.

"Gue akan jadi sahabat terbaik untuk lo, percaya deh sama gue." Ujar Aland menatap manik hitam milik Sisi.

"Musrik percaya sama lo, percaya sama Tuhan." Sahut Sisi.

"Bukan gitu maksudnya."

"Iya, buat gue percaya dan kasih gue alasan kenapa harus percaya sama lo." Ujar Sisi setelah itu berlalu dari hadapan Aland.

Aland melajukan motornya menuju rumah, tak butuh waktu lama kini Aland sudah berada di garasi memarkirkan motornya.

"Assalamualaikum." Teriak Aland nyaring dengan senyum yang masih melekat di wajah tampannya.

"Waalaikumsalam, gak usah teriak - teriak gada yang budek di sini." Jawab seorang wanita yang masih terlihat muda Clara ( Mama Aland ).

"Yaudah sih Mah." Balas Aland, lalu mengambil ponselnya di dalam saku celananya untuk menghubungi salah satu sahabatnya.

"Halo!" Aland memulai pembicaraannya.

"Hmmm," jawab orang diseberang sana.

"Fiks sekarang Sisi udah jadi sahabat gue, ntar kita pasti makin deket kan. Dia bilang gue harus bikin dia percaya dan kasih dia alasan kenapa dia percaya sama gue." Ujar Aland.

"Bener kata Bagas, semua bisa berawal dari teman."

"Ganggu," setelah itu baru sambungan terputus, ya siapa lagi yang ngomong sesingkat itu kalau bukan Reyhan.

Reyhan paling tidak suka jika ia diganggu ketika bermain game, dunianya memang penuh dengan game.

"Dasar temen gak ada akhlak, temen lagi curhat dibilang ganggu, lebih penting game emang." Gerutu Aland.

Namun, senyum Aland tak pudar mengingat kejadian barusan. Saat akan menaiki tangga dia terkejut melihat Mamanya yang berdiri diujung tangga.

"Kamu lagi deket sama cewek ya, senyum - senyum terus dari tadi?" Tanya Clara dengan tersenyum jahil, rupanya Mamanya ini mendengar obrolannya dengan Reyhan.

"Siapa tadi namanya, kurang jelas." Ujar Clara lagi.

"Apaan sih Mah, aku mau mandi bye." Aland berlari menaiki anak tangga dirumahnya.

"BAWA KESINI NANTI!" Teriak Clara dari ujung tangga.

Anaknya itu memang tidak pernah dekat dengan yang namanya perempuan, ketika ditanya kapan punya pacar pasti dijawab "aku gak mau sama cewek yang cuma manfaatin famous aku doang mah."

Berarti perempuan kali ini spesial bukan?

Di rumah Sisi

Kini Sisi tengah rebahan seraya membaca wattpad, tadi ia melihat di bawah masih ada Mamanya. Sisi tambah malas untuk turun kebawah, lagipula sama saja ada atau tidaknya orang tuanya tidak ada kegiatan yang namanya makan bersama.

Happiness SeekersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang