Happy reading...
Dulu seorang teman sangat aku harapkan saat kalian menjauhkan aku dari dunia, tapi sekarang rasanya aku gak mau kenal siapapun. Aku udah biasa sendiri.
.
.
.Sisi berjalan dengan langkah pelan membawa bouquet bunga di tangannya. Sisi menghentikan langkahnya lalu berjongkok, di hadapannya sebuah gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan nama Fadila Freya Dinata.
Dia kakak pertama Sisi yang umurnya 5 tahun lebih tua darinya. Fadila meninggal di umur 16 tahun atau waktu baru masuk SMA.
"Sore kak Fa gimana kabar kakak?, semoga kak Fa baik ya di sana. Sisi pengen ketemu kak Fa lagi, Sisi sendirian tahu setelah kakak pergi. Kakak tahu gak kalo kakak udah ngelanggar janji kakak buat gak ninggalin Sisi." Celoteh Sisi meski tidak ada yang akan menanggapinya.
Sisi memang sering datang ke pemakaman ini hanya untuk melepas rindu dengan kakaknya itu. Entah itu sepulang sekolah atau waktu libur sekolah.
"Kak Fa di sekolah baru Sisi kayaknya gak ada yang manfaatin Sisi lagi, mungkin karena kebanyakan orang kaya jadi gak kekurangan uang." Ujar Sisi terkekeh.
"Coba kak Fa ada disini, Sisi gak akan sendirian kak." Ujar Sisi lagi.
Ia benar - benar merindukan kakaknya, kepergian kakaknya yang membuatnya kesepian. Orang tuanya sibuk bekerja, kakak keduanya Deni juga sibuk dengan teman - temannya.
Mereka terlalu sibuk mengobati hati mereka dan tanpa sadar ada hati yang terluka dengan sikap mereka. Sisi menghela napas mengingatnya, lalu berdiri setelah berdo'a untuk Fadila.
"Sisi pulang ya kak." Ujar Sisi lalu pergi dari area makam itu.
.
.
.Kini Sisi telah sampai di rumahnya, dia memilih langsung ke kamarnya karena sudah merasa sangat lelah hari ini. Saat telah sampai dia langsung bergegas mandi sebelum melakukan hobinya yaitu rebahan.
Setelah selesai dengan ritual mandi dan sudah memakai baju santainya. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, terdengar dering ponsel yang segera ia ambil di atas nakas.
"Assalamualaikum," ujar Sisi setelah telponnya tersambung.
"Waalaikumsalam, Sisi uang bulanan kamu udah Papa transfer. Kalo butuh apa - apa hubungi Papa lagi ya." Ujar orang diseberang telepon.
"Iya Pah" jawab Sisi.
"Yaudah kalo gitu Papa tutup dulu. Assalamualaikum."
Tut tut
"Waalaikumsalam." Gumam Sisi karena teleponnya sudah terputus sebelum menjawab salamnya.
"Kalo aku butuh Papa, apa Papa mau nurutinnya. Bahkan Papa gak tanya kabar Sisi gimana dan cuma hubungin Sisi kalo udah transfer uang aja." Monolog Sisi melihat ponselnya dengan tatapan datar.
Sisi membaringkan tubuhnya di atas kasur, menatap lagit - langit kamarnya. "Kenapa dulu kalian jauhin Sisi dari dunia luar, lihat sekarang Sisi benar - benar benci kan sama dunia luar." Ujar Sisi terkekeh namun terdengar pilu.
"Dulu seorang teman sangat aku harapkan saat kalian menjauhkan aku dari dunia, tapi sekarang rasanya aku gak mau kenal siapapun. Aku udah biasa sendiri." Batin Sisi sebelum terlelap.
☆☆☆
Hari ini seluruh murid di SMA Bina Bangsa tengah menikmati jam kosong karena semua guru sedang rapat. Sama halnya dengan keempat most wanted yang kini tengah bersantai ria di salah satu meja kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness Seekers
Fiksi RemajaREVISI Wait for new version;) First story, jadi Follow dulu sebelum baca dan semoga suka sama cerita ini. ••• Seorang gadis introvert yang menutup diri dan menciptakan dunianya sendiri. Dia yang berteman dengan sepi, serta kesendirian adalah hal f...