"Melupakanmu memang bukan suatu hal yang mudah. Tetapi, kembali pada orang yang telah menyakitiku juga bukan suatu keputusan yang tepat."
Selamat Membaca...
Semua karyawan yang ikut berpartisipasi dalam meeting yang baru saja selesai, kini dapat bernapas dengan lega. Meeting kali ini mampu membuatku tegang dan mengeluarkan keringat dingin, karena client yang hadir merupakan salah satu teman dekat Papa dari perusahaan besar yang berada di luar negeri.
Aku telah berjanji pada Almarhum Papa dan diriku sendiri. Kalau aku akan bersungguh-sungguh untuk terus mengembangkan perusahaan ini, agar menjadi salah satu perusahaan terkuat di Asia. Setelah itu, aku akan mulai merintis perusahaanku sendiri dan membangun lebih banyak relasi dari dalam negeri dan luar negeri.
Memang bukan suatu hal yang mudah, namun kalau mempunyai keinginan yang kuat dan usaha yang besar. Tidak akan ada yang tidak mungkin di dunia ini, bukan?
Aku kembali ke ruang kerja pribadi untuk beristirahat dan menjernihkan pikiran sejenak.
"Hai, Ibu Sabita!" ucap Alina yang kepalanya menyembul dibalik pintu. "Gue boleh masuk nggak?"
"Masuk aja kali, pakai nanya dulu lagi lo."
"Hehehehe yakan takutnya kamu lagi pusing gituu abis meeting sama orang luar negeri."
Aku menghela napas lelah. "Bukan pusing lagi, rasanya gue jadi pengen rebahan di kasur."
"Hahahaha besok gue suruh Dito sediain kasur deh disini, supaya lo bisa tidur nyenyak."
"Maunya gitu, cuma gue kasian sama kalian semua nanti iri lagi liat gue bisa tiduran di kantor."
Alina duduk di sofa panjang yang ada di depanku. "Dengan senang hati kami menerima kalau Ibu Sabita yang terhormat mau menyediakan kasur beserta bantal untuk kami semua hehehe."
Aku tertawa kecil melihat wajah Alina yang masih bersemangat. Ia memang salah satu karyawati yang paling penting di perusahaan ini, karena kalau tak ada Alina perusaahan ini terasa ada yang kurang lengkap.
"Eh iya Al, habis ini kita ada jadwal meeting lagi sama perusahaan apa? Gue lupa deh."
Alina berpikir sejenak, membuat wajahnya terlihat semakin manis.
"Kalau nggak salah sama salah satu perusahaan besar deh. Hmm, apa ya namanya bentar gue liat dulu," ujar Alina sambil membuka ponselnya. "Oh iya, sama perusahaan Hanuraga Cakrawala Abadi. Presiden Direkturnya itu Pak Raditya Hanuraga."
Aku tertegun di tempat sembari menatap kosong Alina yang menyebutkan nama perusahaan dan direktur perusahaan tersebut.
Apa mungkin aku yang salah mendengar?
"Coba ulang lagi deh Al apa nama perusahaannya dan siapa nama presdirnya?" kataku meminta Alina untuk mengulang kembali penjelasannya tadi.
"Perusahaan Hanuraga Cakrawala Abadi, nama presdirnya Pak Raditya Hanuraga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kedua [COMPLETED]
Любовные романы⚠️Warning : story contains sex scenes, violence, harsh words, suicide, anxiety. ❝Tempat pulang terbaik adalah diriku sendiri.❞ Kisah sederhana tentang kehidupan Sabita, perempuan cantik dan mandiri yang selalu memberi kebaikan untuk orang lain. Bany...