⚠️Warning : story contains sex scenes, violence, harsh words, suicide, anxiety.
❝Tempat pulang terbaik adalah diriku sendiri.❞
Kisah sederhana tentang kehidupan Sabita, perempuan cantik dan mandiri yang selalu memberi kebaikan untuk orang lain. Bany...
"Harapku semakin utuh, saat rasa percayaku semakin penuh."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat Membaca...
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Di akhir pekan kali ini, aku memilih untuk berdiam diri di rumah dan menikmati waktu luang untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.
Urusan di luar rumah membuatku sangat sibuk dan tak memerhatikan kondisi beberapa tanaman bunga yang layu. Aku mulai membersihkan halaman rumah, menggunting ranting atau daun yang telah layu, dan menyiram semua tanaman yang berjejer rapi di depan mataku.
Aku mengarahkan air dari selang ke tanaman bunga yang mulai mekar sembari bersenandung pelan.
"Lagi nyiram tanaman, Neng?" sapa salah satu ibu-ibu komplek yang lewat di depan rumahku.
Aku tersenyum lebar. "Iya Bu, udah lama nggak disiram jadi layu gini."
"Ohh, iya atuh kalau nggak disiram mah jadi layu sama aja kayak hati," canda si Ibu.
Aku terkekeh mendengarnya. "Ibu bisa aja."
"Neng Sabita, sibuk banget, ya?"
"Iyaa Bu, saya jarang di rumah. Jadwal padat banget soalnya hehehe."
"Pantesan baru kelihatan lagi, yaudah mari saya duluan ya," pamitnya sambil berlalu dari hadapanku.
Aku kembali meneruskan kegiatan menyiram tanaman, sembari sesekali menyesap teh hangat yang ada di atas meja.
DOR!!
Refleks aku mengarahkan selang air itu ke arah orang yang mengagetkanku.
"E–EEH SABITA INI AKU!!"
Aku melotot melihat kedatangan Hima yang bajunya sedikit basah karena terkena air.