16. Setangkai Bunga Peony

492 300 93
                                    

"Pada akhirnya yang bisa kulakukan hanya menjadi temanmu tanpa harus melibatkan perasaan."

–Nikolas Aliandra


***

Kina – Get You The Moon

You gave me a shoulder when I needed it
You showed me love when I wasn't feeling it
You helped me fight when I was giving in
And you made me laugh when I was losing it

'Cause you are, you are
The reason why I'm still hanging on
'Cause you are, you are
The reason why my head is still above water

And if I could, I'd get you the moon
And give it to you
And if death was coming for you
I'd give my life for you

And if I could, I'd get you the moonAnd give it to youAnd if death was coming for youI'd give my life for you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...

Bulan sabit dengan separuh cahayanya ikut menemaniku yang sedang duduk di pinggir kolam, sembari ditemani alunan lagu dari ponselku. Duduk di tepian kolam seperti ini menjadi salah satu caraku untuk menghilangkan rasa penat setelah seharian bekerja. Biasanya ada Salma yang selalu menginap di rumahku. Namun, malam ini hanya ada aku yang ditemani bulan sabit dan setangkai bunga peony pemberian Hima sewaktu di Bandung tahun lalu.

Aku menatap pantulan bayanganku sendiri di atas air. Sesekali mencabut kelopak bunga peony itu satu-persatu, lalu kutaruh di atas air kolam. Aku memerhatikan taburan kelopak bunga peony yang mengapung di atas air. Membiarkan airnya membawa kelopak itu pergi ke dasar kolam.

Semakin hari aku merasa hubungan dengan kedua sahabatku semakin merenggang. Aku selalu berusaha berkomunikasi meskipun mereka membalas pesanku tak secepat biasanya. Jujur, aku sangat membutuhkan mereka hanya untuk sekedar bercerita tentang keadaanku sekarang.

"Kak Sabita," panggil Artha yang berdiri di depan pintu.

"Iya, Artha. Ada apa?" sahutku pelan.

Ia berjalan menghampiriku. "Di depan ada temen Kak Sabita."

Keningku berkerut. "Temen aku? Siapa?"

Artha sedikit berpikir sejenak, mungkin ia sedang mengingat nama temanku yang datang malam ini.

"Maaf Kak, aku nggak tau namanya siapa hehe belum kenal soalnya."

"Oh yaudah, yuk mari kamu ikut aku aja," ujarku sambil merangkul pundak Artha dan berjalan di sampingnya.

Aku sengaja meminta Tante Siska untuk membujuk Artha agar ia mau tinggal bersamaku, karena aku sangat membutuhkan teman untuk menemaniku di rumah. Yuka dan Salma mempunyai rumah masing-masing, jadi tidak mungkin aku menyuruh mereka untuk terus menginap di rumahku setiap hari.

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang