38a. Hitam & Putih (1)

451 195 127
                                    

(Bab ini akan ditulis dari sudut pandang Author.)




"Bahwa sebaik-baik (tampaknya) seorang manusia, pasti mempunyai sisi gelap yang buruk dalam dirinya dan seburuk-buruk (tampaknya) seorang manusia, pasti memiliki sisi baik dalam dirinya."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...


Yuka melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam salah satu bar yang berada di kawasan SCBD. Saat di perjalanan menuju Kemang tadi, tiba-tiba saja Rafi mengubah tempat pertemuan mereka, dengan alasan agar tak ada teman yang mengenali mereka berdua. Padahal, bagi Yuka hal itu bukanlah suatu masalah yang besar. Kalau ada salah satu teman yang mengenalinya, ia cukup pintar untuk memberikan alibi ataupun alasan yang masuk akal agar orang itu percaya padanya.

Semua pengunjung yang sedang duduk di dalam bar tersebut, seketika menoleh saat Yuka mulai berjalan menuju salah satu meja. Pesona kecantikan dan keanggunan yang dimiliki Yuka, mampu menarik semua atensi manusia di dalam bar. Mereka tak berhenti memandang ke arahnya, yang kini telah duduk berhadapan dengan Rafi.

"Laper lo?" tanya Yuka sembari menaruh tasnya di atas meja. "Tumben banget makan segitu banyaknya."

Rafi mengangguk. "Gue selama di sana fokus jagain Sabita. Sekarang gue mau makan yang banyak mumpung masih ada di Jakarta."

Yuka mendengus geli mendengar jawaban Rafi. Wajahnya tertoleh melihat waitress yang telah berdiri di sampingnya, sembari membawa buku menu. Yuka memesan minuman bernama Margarita, yang merupakan salah satu menu Classic Cocktails terenak di bar ini. Tak lupa juga  memesan cemilan berupa Nachos, untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.

"Gimana?" Yuka bertanya. "Apa kabar penting yang harus gue dengar malam ini?"

Rafi tersenyum miring, ia masih sibuk berkutat dengan makanan yang ada di atas piring.

"Jangan buru-buru gitu, nikmatin aja makanan dan minuman yang bisa menghangatkan tubuh lo. Jarang-jarang kan kita bisa nongkrong bareng kayak gini?"

Yuka merotasikan bola matanya, malas mendengar perkataan Rafi.

"Waktu gue jauh lebih berharga, dibandingkan harus nongkrong berdua sama lo. Buruan kasih tau gue ada kabar apa tentang Sabita?"

Rafi menyuap daging sapi yang telah tertancap pada garpu ke dalam mulutnya. "Nggak liat gue lagi makan?"

"Udah kayak putri kerajaan lo makan lama banget."

"Makan itu harus dinikmati, nggak boleh buru-buru."

"Gue kasih lo waktu 5 menit buat habisin semua makanan itu," ujar Yuka sembari menunggu pesanannya datang.

"Hai Yuka, apa kabar? Tumben banget lo nongkrong di sini?" sapa seorang laki-laki tampan berkulit putih, yang merupakan salah satu bartender di bar ini.

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang