45. Akhir Dari Sebuah Kisah

875 109 48
                                    

"Setiap perjalanan membutuhkan proses dan waktu untuk menemui kebahagiaan. Seperti halnya bunga yang membutuhkan waktu untuk mekar atau ulat yang membutuhkan waktu untuk menjadi kupu-kupu terindah di bumi."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca...

Aku menatap pantulan diriku sendiri pada cermin besar yang berada di depanku. Balutan kebaya berwarna putih dengan beberapa hiasan yang kupakai di atas kepala memberikan kesan Sunda terasa semakin kental. Wajahku terlihat semakin cantik dan flawless berkat riasan make up yang dihasilkan oleh tangan ajaib milik Mbak Tari.

Semua sudut rumah ini telah dipenuhi oleh berbagai macam dekorasi berwarna serba putih. Tak ketinggalan, beberapa jenis bunga telah terpajang rapi di dalam vas keramik. Aku meraih setangkai bunga lily putih yang berada di atas meja. Kemudian mulai menghirup aroma harum yang menguar dari bunga tersebut. Jariku mengusap pelan kelopak bunga lily yang berbentuk panjang, memerhatikan setiap permukaannya yang sangat lembut.

Sebenarnya, aku melakukan ini hanya untuk mengalihkan suasana yang sempat menegang. Sedari tadi, jantungku terus berdetak lebih cepat dibandingkan biasanya. Menunggu detik demi detik akad nikah yang akan dilaksanakan oleh calon suamiku dan penghulu pada jam 09.00 WIB nanti. Beberapa kali aku mencoba untuk mengatur napas agar tetap dapat terlihat tenang. Namun, rasa cemas dan ketegangan itu terasa semakin besar.

"Yaampun, sahabat gue cantik banget!" teriak seorang wanita yang baru saja membuka pintu kamar.

Kehadiran Lila yang sedang menggendong Larissa dan beberapa sahabatku lainnya, mampu membuat perasaanku terasa sedikit lebih tenang. Mereka terlihat anggun dan mempesona mengenakan kebaya modern berwarna baby blue. Bukan hanya Lila, kehadiran Lisa, Artha, dan Alina juga membuat senyumku mengembang sempurna. Hari ini mereka akan menjadi Bridesmaid yang akan mendampingiku sampai acara pernikahan selesai.

Aku melirik kehadiran Mama dan Tante Siska yang baru saja datang. Mereka terlihat begitu cantik dan anggun memakai kebaya brokat berwarna putih dengan beberapa perhiasan yang semakin menambah kesan mewah. Meskipun telah memasuki usia 40–an, kedua kakak beradik itu malah terlihat awet muda seperti gadis remaja yang masih berusia belasan tahun.

"Cantik sekali keponakan Tante," ucap Tante Siska sambil mengusap pelan pipiku. "Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Ingat, kamu harus menjadi istri yang berbakti kepada suami kamu."

Aku tersenyum tipis penuh haru menatap Tante Siska yang memandangiku dengan tatapan sendu.

"Aku akan berusaha menjadi istri yang berbakti untuk Niko, Tan. Sabita mengucapkan terima kasih banyak karena Tante Siska sudah mau membantu proses persiapan pernikahan aku dari awal."

"Sama-sama, sayang. Tante bangga banget sama kamu. Putri kecil Robin sekarang sudah memasuki jenjang pernikahan. Selamat ya, Sabita."

Aku menyambut pelukan hangat Tante Siska yang langsung mendekap erat tubuhku. Parfum segar beraroma bunga dan buah menjadi ciri khas tersendiri dari wanita itu.

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang