31. Cinta Itu Buta

441 194 138
                                    

"Benar kata pepatah, cinta mampu membutakan mata seseorang yang tengah dimabuk asmara. Bahkan, cinta mampu mengendalikan diri untuk melakukan tindakan diluar akal sehat manusia."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...


Terkadang aku merasa iri, dengan burung-burung yang terbang melintasi luasnya hamparan langit. Mereka terbang bersama mengelilingi bumi, serta menjelajahi keindahan alam dari jarak yang sangat jauh. Tak peduli seberapa jauh jarak yang terbentang, burung itu tetap terbang setinggi mungkin menikmati keindahan Kota Metropolitan yang semakin hari terasa semakin sesak.

Aku menopang dagu sembari memandangi gedung pencakar langit yang bersebelahan dengan gedung perusahaanku. Pemandangan gedung-gedung tinggi di pusat kota itu, menjadi salah satu kebanggaan tersendiri sebagai ciri khas dari Ibukota Negara.

Kepalaku terasa sakit karena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak harus dipikirkan. Aku memikirkan tentang pengunduran diri Salma dari kantor dan rencana Keenan untuk menetap di Amerika selama beberapa tahun kedepan.

Aku akan kehilangan dua sosok manusia yang sangat berharga dalam hidupku. Dua sosok sahabat yang selalu menemani hari-hariku, memberikan kebahagiaan untukku, dan membantuku untuk kembali menemukan jalan keluar dari peliknya masalah kehidupan.

Kini, mereka telah berhasil menemukan jalan hidupnya masing-masing.

Sementara aku, masih berusaha menerima takdir tak terduga yang selalu Tuhan berikan untuk hidupku.

Termasuk takdir mengikhlaskan kepergian mereka dari kehidupanku.

"Rumit banget ya jalan cerita hidup gue," monologku. "Lama-lama gue cosplay jadi ultramen juga nih, supaya makin kuat menghadapi semua rintangan kehidupan."

Aku meneguk jus alpukat yang sengaja kupersiapkan dari rumah. Kemudian kembali menatap layar laptop, yang menampilkan bahan presentasi untuk meeting nanti siang.

"Permisi."

Mataku beralih melirik pintu, saat mendengar suara perempuan di luar sana.

"Silahkan masuk," sahutku.

Aku melihat dua sosok wanita yang membuka pintu dengan menunjukkan senyuman sumringah mereka.

"Hai, selamat pagi Sabita Assakha Dineshwara yang paling cantik!!!" ucap Lila dengan suara seraknya.

"Lo udah sarapan belum?" kini Yuka yang bertanya padaku. "Kita beliin lo makanan nih."

Aku tersenyum selebar mungkin saat melihat kedatangan mereka. Dua wanita itu datang disaat yang sangat tepat, keduanya dapat membuatku merasa sedikit terhibur dan melupakan sejenak tentang perasaan sedihku.

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang