35. Makna Sebuah Pelukan

515 212 128
                                    

(Bab ini akan ditulis dari sudut pandang Author.)




"Pah, pelukanmu mampu membuat diriku tumbuh menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya."

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca...

Ken menatap lurus tepat pada titik fokus kamera ponsel yang sedang berada di tangannya. Hari ini laki-laki bule keturunan Amerika itu, dipaksa menjadi seorang fotografer untuk memotret keluarga kecil yang baru saja memiliki momongan. Keluarga bahagia yang terdiri dari Lila, Aldo dan buah hati mereka, memilih untuk mengabadikan moment bersama di rumah sakit sebelum pulang ke rumah.

Senyuman bahagia yang terlukis di wajah kedua pasangan suami istri itu mampu membuat Ken mengigit jari. Sejak kepulangan Aldo dari Surabaya kemarin siang, laki-laki yang telah berstatus suami Lila itu terus-terusan meledek Ken sampai sekarang. Berkali-kali Aldo mengatakan, kalau Ken harus segera menikah dan memiliki momongan.

Aldo tahu betul, kalau Ken sangat mendambakan bayi perempuan dan menyukai anak perempuan. Maka dari itu, wajah Ken sekarang benar-benar menggambarkan kalau dirinya telah lelah diledek oleh Aldo dan Lila.

Cekrek!

Cekrek!

Cekrek!

Ken melihat hasil foto yang baru saja diambilnya. Lalu berjalan ke arah Lila untuk mengembalikan ponsel milik perempuan itu. Lila mengambil ponselnya dan melirik wajah Ken yang terlihat sangat kusut.

"Kenapa muka lo lecek gitu? Nggak ikhlas ya fotoin gue?" omel Lila membuat Ken langsung memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"Saya ikhlas Ibu Lila tercinta," sahut Ken dengan penuh kesabaran sembari mengusap dadanya.

"Nah gitu dong senyum, kan muka lo jadi enak diliat," sarkasnya. "Makanya Ken, buruan nyusul gue sama Aldo. Cari cewek terus nikah, abis itu punya anak perempuan."

"Laki bini demen banget sarkasin gue tiap hari," gerutu Ken. "Ternyata bener kalau jodoh itu cerminan dari diri sendiri, contohnya Lila dan Aldo."

Aldo memasukkan gulungan roti berisi daging ayam, ke dalam mulut Ken yang masih menggerutu.

"Omongan bini gue itu bener. Dia ngomong kayak gitu demi kebaikan lo juga," ujar Aldo yang duduk di samping Ken.

Ken mengunyah pelan roti yang ada di dalam mulutnya. "Perasaan orang tua gue aja nggak sebawel itu buat nyuruh gue nikah cepet dah. Kenapa lo berdua jadi ngebet nyuruh gue nikah muda?"

"Gue kasian aja sama lo masih jomblo. Masa ganteng-ganteng jomblo? Di kantor lo aja rata-rata udah pada nikah semua. Lah ini, bosnya sendiri masih betah jomblo," sahut Lila.

"Astaga..." Ken mengusap kasar wajahnya. Kemudian ia beralih pada bayi yang sedang digendong Lila. "Larissa yang cantik jelita, kalau kamu udah gede jangan ngikutin jejak orang tuamu yang pinter roasting orang, ya."

Rumah Kedua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang