AWAL

166 6 0
                                    

Seorang cowok berjalan pelan menuju bibir pantai sambil melihat keadaan sekitar laut yang masih terdapat beberapa pengunjung yang sedang menikmati indahnya senja di sana.

"Kenapa hidup gue seperti ini? Kenapa hidup gue tidak memiliki kebahagiaan." Ucap Zafran sambil memandangi senja di lautan.

"Apa gue harus mati dulu, supaya mereka menyesal karena telah menyia-nyiakan seseorang yang seharusnya mereka jaga dan sayangi.?"

Ia berdiri dan berjalan di atas pasir putih yang halus.

"Papa, Ica mau foto di situ."

Ia melihat anak gadis yang merengek untuk meminta foto di pinggir lautan. Langsung pria yang di panggil papa oleh anak itu menuruti apa yang di minta anaknya itu. Ia tersenyum terluka saat melihat kedekatan mereka berdua.

Gue ingin kayak anak itu

Ia balik badan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan keindahan senja di langit lautan.Ia berjalan menuju mobil sport putih yang terparkir. Ia masuk dan menyalakan mesin mobil dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli dengan keselamatannya, pikirannya begitu kacau.

Mobil sport putih memasuki halaman rumahnya yang bisa dibilang mewah. Ia keluar dari mobil dan memasuki rumah.

"Dari mana saja kamu?"

Langkahnya terhenti saat mendengar suara berat dari Derren, ayahnya.

"Nggak penting."

Ia kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga lantai 2 menuju kamarnya tanpa menghiraukan ayahnya.

"ZAFRAN!"

Ia menghentikan langkahnya, tanpa mengubah posisi badannya dengan tatapan yang masih fokus ke depan.

"Jawab pertanyaan papa. Kamu dari mana?!"

" Dari sekolahan."

"Sudah berani bohong sama orang tua,hm! Sekolah seharusnya sudah pulang dari tadi jam 3 sore. Tapi kamu pulang jam 5 sore."

"Terus, emang ada hubungannya sama papa,jika bertanya seperti itu?"

"Kamu itu anak papa, jadi wajar saja kalo papa bertanya seperti itu sama anaknya."

Zafran tersenyum miring lalu tertawa." Anak? Papa masih anggap gue anak? Bukannya anak itu harusnya di sayang, di kasih perhatian, tapi papa malah menyakiti." Ucapnya lalu meninggalkan Derren sendirian di bawah.

Ia melempar tasnya di sembarang tempat dan menutup pintu dengan keras. Ia membanting tubuhnya di atas kasur. Ia mengacak rambutnya frustasi.
"AAARRRRGGGGHHHH.... kapan gue bisa hidup bahagia bersama keluarga gue sendiri. Punya papa, tapi bukannya menyayangi anaknya malah sering menyakiti hati anaknya. "

Ia memejamkan matanya dan mulai beristirahat untuk mengembalikan semangat dan energinya.

****

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang