DELAPANBELAS

16 5 0
                                    

"APA?LO DI TEMBAK SAMA—" Karin membekap mulut Zea yang membuat Zea terdiam.

"Lo kalo punya mulut tuh di jaga. Di rem biar nggak los kayak tadi. Untung aja kelasnya sepi, kalo rame, kita jadi pusat perhatian nanti." Ucap Karin kesal

Zea melepaskan tangan Karin dari mulutnya. Karin mengusap usapkan tangannya ke lengan baju milik Zea.

"Kok di diusapin ke baju gue?" Tanya Zea

"Takut ada air nya." Jawab Karin santai

"Air apa maksud Lo?"

"Air liur Lo."

"Idih. Gue nggak gitu tau."

Karin bersama Lisa dan Salsa tertawa melihat Zea yang cemberut.

"Emang bener, Lo di tembak sama Zafran?" Tanya Salsa kembali ke topik pembicaraan.

Karin mengangguk. Ia menjadikan ke dua tangannya menjadi tumpuan.

"Gue bingung harus jawab apa?"

"Ngapain bingung. Kalo gue nih ya langsung aja terima." Sahut Zea.

"Kan elo bukan Karin." Balas Salsa dan Lisa.

"Kompak banget. Kalian berdua lahirnya barengan kali ya." Ucap Zea

Karin tidak menghiraukan ke tiga temannya. Ia masih bingung memikirkan untuk jawaban dari permintaan zafran. Ia menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.

"AAARRRRGGGHHH....." Teriaknya dalam hati.

———

Karin membuka pintu utama rumahnya. Saat ia membuka pintunya, ia sudah di sambut dengan pemandangan yang menurutnya tidak enak. Farah sedang memarahi bi kasih.

Ia menghampiri mereka berdua dan melindungi Bi. Kasih yang hampir di sakiti oleh Farah. Ia melihat Farah dengan tatapan tidak suka.

"Kamu minggir nggak usah ikut campur." Ucap Farah tegas.

"Emang salah Bi. Kasih apa sama mama, sampai mama mau nyakitin dia." Tanya Karin.

"Dengar, dia itu pembantu yang nggak guna. Saya lihat dia tadi mau mencuri jam tangan saya." Jawab Farah sambil mencengkeram kuat tangan Karin.

"S-saya cuman mau mengembalikan ke tempatnya saja." Balas Bi. Kasih

"Halah, nggak usah bikin alasan ya. Saya liat dengan mata kepala saya sendiri."

Karin melepas paksa cengkeraman Farah dan menuju ke arah Bi. Kasih berdiri.

"Coba jelasin Bi." Suruh Karin.

"Jadi, waktu saya bersih bersih di kamar ibu Farah, saya melihat jam tangan milik ibu Farah tergeletak di atas kasur. Jadi, saya mau balikin ke tempat asalnya, di lemari pakaian."

"Nggak usah ngeles." Kata Farah dengan nada marah.

"Bi. Kasih nggak mungkin bohong, karena Karin udah tau gimana sifatnya. Jadi mama nggak usah fitnah dia."

"Udah ah, mending kamu pergi dari rumah ini dan nggak usah kembali lagi." Usir Farah.

Bi. Kasih langsung berjongkok berusaha untuk memegang kedua kaki Farah. Ia memohon agar dirinya tidak di usir dari rumah ini. Karena hanya Karena rumah ini ia bisa bekerja. Tetapi Farah tetap menolaknya dan pergi menuju kamarnya.

Bi. Kasih menangis. Karin membantunya berdiri dan duduk di kursi meja makan.

"Udah bibi nggak usah khawatir. Ada Karin yang temani bibi."

"Ayo kita beresin barang barang kita dan pergi dari rumah ini."

———

Bi. Kasih dan Karin berjalan dengan koper yang ia bawa. Mereka melihat Farah yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi. Farah yang menyadari keberadaan mereka berdua langsung menoleh.

"Kamu kemana?" Tanya Farah terhadap Karin.

"Pergi." Jawab Karin.

"Oke." Pandangan Farah kembali pada televisi yang dilihatnya.

Karin melihat Farah dengan pandangan sedih. Dia mengira kalau ibunya akan mencegahnya ketika ia akan pergi. Tetapi kenyataannya tidak. Ia tetap bersikap santai. Sebenci itulah ia terhadap dirinya. Sampai ia tidak memperdulikan dirinya.

Mereka kembali berjalan menuju halaman rumah menghampiri sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Setelah masuk kedalam mobil, mobil melaju dengan kecepatan normal.

———


ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang