DELAPAN

33 5 0
                                    

21.00 WIB

Zafran memarkirkan motornya di garasi. Ia membuka pintu utama rumah. Sepi, gelap, dan sunyi itulah yang ia rasakan sekarang. Lampu rumah hanya menyala bagian ruang tengah saja. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"ZAFRAN!"

Suara berat yang membuat langkah Zafran terhenti.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Derren tegas.

"Ada tugas dari sekolah." Jawab Zafran seadanya.

Hari ini ia pulang malam. Karena ada panggilan dari pembina OSIS SMA AIRLANGGA. Ia dipanggil dan di kasih tugas untuk mengurusi persiapan Hari lahir SMA AIRLANGGA yang ke-45 yang beberapa hari lagi akan di laksanakan.

"Tugas apa?"

"Bukan urusan papa. Lagian kalopun di kasih tau, papa nggak bakalan tau. Dulu papa bukan OSIS."

Derren geram mendengarkan perkataan Zafran. Ia ingin saja menampar anak itu tapi segera ia urungkan.

"Kenapa? Papa mau pukul aku. Ayo pukul. Pukul. Papa inget nggak sih, papa itu nggak menghargai apa yang aku dapatkan. Papa dulu pernah kan nuduh aku nyontek saat ujian nasional. Itu nilai murni dari hasil kerja keras ku sendiri. Papa dulu juga pernah bilang, kalo aku ini bodoh, nggak punya pemikiran tinggi. Dan papa meragukan masa depanku. Dan sekarang apa buktinya, aku menjadi ketua organisasi, dan papa malah sebaliknya. Nggak jadi apa apa malah bermain sama cewek lain, jarang pulang. Apa pernah papa pikirin aku. Sayang sama aku.? Justru siksaan yang papa berikan kepadaku."

"Aku cuma minta satu sama papa, aku, cuma mau di sayang. Seperti anak lainnya. Nggak yang lain. "

Ucapnya lalu meninggalkan Derren sendirian.

Ia duduk diatas kasurnya. Mengambil sebuah foto yang terpajang di bingkai meja nya.

Ia mengelus foto itu. Foto seseorang yang ia rindukan selama 3 tahun ini.

"Ma, aku kangen."

Ia mengembalikan foto itu dan menuju kamar mandi, untuk menyegarkan badannya.

****

Minggu pagi yang cerah. Matahari mulai menyapa dunia dengan cahayanya. Sinar menerobos ruangan kamar Zafran. Jam beker berbunyi, menunjukkan pukul 8 pagi.

Zafran terbangun dan mematikan jam bekernya. Ia mengusap wajahnya. Berjalan menuju balkonnya. Membuka gorden serta pintunya. Ia merasakan angin sejuk yang menerpa kulitnya.

Ia berjalan mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi, mulai persiapan melakukan kewajibannya sebagai umat kristiani.

****

Zafran turun dari lantai dua dengang menggunakan celana jeans serta kemeja yang berwarna hitam. Ia menuju ruang makan. Ia melihat Bi yuni—seorang pembantu di rumahnya— sedang mempersiapkan sarapan.

"Butuh bantuan bi?"

Bi yuni yang terkejut, tak sengaja menjatuhkan gelas yang ia pegang. Langsung, Zafran menghampirinya dan mengambil pecahan kaca yang berserekan di lantai.

"Maafin Zafran ya bi. Jadi pecah deh gelasnya."

"Nggak apa mas, lagian juga bukan salah mas. Biarin aja, biarin bibi aja yang beresin."

"Nggak apa bi. Bibi lanjutin yang lain aja. Ini biar Zafran aja."

Bi yuni mengangguk. Ia kembali ke dapur untuk mengambil beberapa makanan yang masih tertinggal.

"Sarapan udah siap mas."

"Oh, iya bi."

Ia menuju ke meja makan setelah membuang pecahan kaca tadi. Ia dudul dan mulai mengambil nasi dan lauk pauk.Mulai melahap makanannya.

****

Zafran sedang mengendarai motornya menuju tempat ibadahnya. 15 menit perjalanan yang dibutuhkan untuk menuju Gereja Maria Santa.

Saat hendak memasuki gereja, ia melihat dua orang menggunakan pakaian serba hitam dengan seorang perempuan yang seperti memberontak saat dua orang itu menarik lengannya.

Ia kenal perempuan itu. Dia Karin, dan sedang apa dia di depan gereja. Apakah dia mau ibadah juga seperti dirinya? Dan siapa dua cowok itu?

Tanpa kelamaan, ia langsung menghampiri mereka bertiga.

"Lepasin dia." Ucap Zafran dingin.

Kedua cowok itu menoleh ke arah Zafran. Memandangnya tidak suka. Dan Karin memandang nya, berharap dia mau menolongnya.

"Siapa lo?!" Tanya salah satu cowok.

"Gue yang nanya sama lo, lo itu siapa? Hah?!. Narik narik Karin, emang mau kalian apain?"

"Gue temannya"

"BOHONG!! Zaf bantuin gue. Mereka bukan siapa siapa gue. Dia cuma sur—" ucapan karin terhenti saat salah satu dari mereka membekap mulutnya.

"Lepasin dia, atau berurusan sama gue."

"Ooh, lo mau berantem?!"

"Boleh, no need to worry." Balas Zafran.

Langsung saja cowok itu langsung memukul wajah Zafran. Zafran yang tak terima langsung membalas pukulan keras di rahang cowok itu, yang membuat cowok itu memalingkan wJahnya.

Saat cowok itu hendak memukul ke arah Zafran, dengan cekatan ia langsung menahan tangan cowok itu dan memelintirnya ke belakang. Lalu ia menendang betisnya agar terduduk.

"Lo kalo lemah jangan ajak berantem. Mending mainan boneka saja. Jawab, lo siapa? Kenapa lo bawa Karin?"

Cowok itu hanya diam yang membuat Zafran menarik tangan cowok itu yang membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Pilih jawab, atau babak belur sekarang."

"Gue suruhan dari Viko, ketua geng Asgardian."

Zafran melepaskan tangan cowok itu.

"Lo pergi, jangan ganggu dia lagi. Sampai gue tau, habis lo semua." Ancam Zafran. Mereka berdua pergi meninggalkan karin dan dirinya berdua.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang