TIGA PULUH DUA

10 3 0
                                    

Flashback on

Malam itu, Karin mengunjungi rumah Zafran hanya untuk melihat keadaan Zafran. Ia sangat khawatir kepada Zafran saat melihat kejadian tadi siang di restoran.

Ia menekan bel rumah Zafran. Tak lama setelah itu, pintu rumah terbuka lebar dan melihatkan wanita paruh baya yang berumur sekitar 60-an. Wanita itu bi Yuni, pembantu di rumah Zafran.

"Iya, cari siapa mbak?" Tanyanya.

"Zafran nya ada bi?" Tanya Karin

"OOO, ada mbak. Masuk dulu mbak, saya panggilkan dulu." Suruh bi Yuni

Karin mengangguk pelan. Ia masuk dan duduk setelah di persilahkan duduk oleh. I Yuni. Bi Yuni naik ke lantai dua menuju kamar Zafran. Ia mengetuk pintu, namun tak ada balasan.

Kembali ia mengetuk pintu kamar Zafran sambil memanggil nama Zafran. Karena tak ada balasan, ia mencoba untuk membuka pintu kamar Zafran yang ternyata tidak di kunci.

Ia terkejut saat melihat kondisi Zafran yang tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir di pergelangan tangannya. Bi kasih teriak meminta bantuan dari Karin. Karin yang terkejut akibat teriakan bi Yuni, langsung berlari menuju kamar Zafran yang berada di lantai dua. Tubuhnya langsung lemas seketika saat melihat kondisi Zafran yang tak berdaya di dalam kamarnya.

Andra keluar dari kamarnya bersama citra, cewek yang tadi bersamanya dan menghampiri pembantunya dan Karin.

"Om, tolongin Zafran, om." Ucap Karin.

Andra masuk ke dalam kamar Zafran dan duduk jongkok di dekatnya.

"Saya tau kalau kamu hanya pura pura. Bangun." Ucapnya.

"Om, bawa dia ke rumah sakit."

Andra berdiri dan keluar dari kamar Zafran

"Dia hanya pura pura, jadi nggak perlu di bawa ke rumah sakit." Ucap Andra.

Andra meninggalkan Karin bersama pembantunya kembali kekamarnya. Namun Karin langsung mencegahnya.

"Please, om. Bawa dia ke rumah sakit."

Andra menghela nafas." Dengar, dia hanya pura pura,nggak usah berlebihan. Lagian kamu siapa? Nggak usah sok ngurusi keluarga saya. Urusin saja keluarga kamu."

"Om ayahnya bukan sih? Kalo om memang ayahnya,BUKTIKAN!"

"Kasian Zafran om. Please bawa dia ke rumah sakit."

Andra berdecak pelan." Banyak omong, buruan bawa ke mobil." Ucapnya lalu mengambil kunci mobil dan pergi keluar rumah.

Bi Yuni dan Karin membawa tubuh Zafran yang tak berdaya keluar kamar menuju mobil yang terparkir di garasi. Darah di pergelangan tangan nya masih menetes. Sedangkan citra menatap Zafran dengan tatapan tidak suka.

"Merepotkan saja."

Karin menoleh ke arah citra dan menatapnya tajam sebelum meninggalkan rumah.

Di rumah sakit—

Zafran langsung di bawa menuju ruang operasi oleh beberapa perawat. Karin dan Andra mengikuti perawat tersebut menuju ruang operasi. Saat sampai, perawat menyuruh mereka untuk menunggu di luar. Karin menurut. Andra hendak meninggalkan rumah sakit tetapi segera di cegah oleh Karin.

"Di sini dulu om." Suruh Karin.

"Kamu sudah membuang waktu saya bersama citra. Permintaanmu sudah saya penuhi, jadi saya Mau pulang." Ucap Andra.

"Please om, tunggu sampai dokter selesai memeriksa kondisi Zafran."

Sebenarnya Andra ingin menolak, namun ia berfikir walaupun dirinya menolak, wanita di depannya ini akan tetap terus memaksa. Ia berdecak.

"Oke." Ucapnya lirih.

Karin menghela nafas lega. Setelah itu, ia duduk di kursi yang berada di depan ruang operasi sedangkan Andra tetap berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Karin menatap pintu ruangan operasi.

"Semoga lo nggak apa-apa." Batinnya.

Flashback off

———

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang