EMPAT PULUH ENAM

18 3 0
                                    

Hari ke-20 di Surabaya

Karin sedang duduk santai di kursi balkon kamarnya sambil memandangi bintang yang berukuran lebih besar daripada bintang bintang lainnya. Malam, adalah waktu yang sangat ia suka sejak dirinya berada di Surabaya. Ia suka terhadap bintang bintang yang berkelip di langit yang gelap.

Tiba tiba pikirannya tertuju pada sosok orang yang sangat ia rindukan selama ini. Zafran. Sosok itu adalah zafran.

Ia masuk kedalam kamarnya dan mengambil ponselnya yang berada di atas kasurnya.

Ia mencari room chat  bernama zafran lalu membukanya saat menemukannya.

ZAFRAN

Malam, king.

Setelah beberapa menit menunggu, ponsel Karin berdenting.

Malam. Lagi apa?

Karin tersenyum saat melihat balasan dari zafran. Ia mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya ke zafran.

Lagi liatin bintang. Terus keinget sama kamu. Kyk ny kangen deh.😅

Oh ya. Kalo gitu kita sama dong. Aku jg kangen sama kamu. Aku sering banget mimpiin kamu.

Hahaha, kok bisa ya. Kamu tunggu aja di sana. 10 hr lg aku pulang kok ke Jakarta.

Iya. Jangan lama lama, aku udah kangen banget nih.😍

Iy. Udh dulu y. Aku mau istirahat. Capek.

Iy. Mimpi indah queen.

Thank's king.

Karin mematikan ponselnyadan menaruhnya sembarangan di atas kasur. Ia masih belum berhenti tersenyum. Sedangkan di sisi lain, Devan meremas ponsel zafran dengan kuat.

"Maafin gue kar, gue nggak mau lo sedih."

———

Pukul 11 malam

Devan di kejutkan dengan suara ponselnya yang berbunyi kencang di atas meja belajarnya. Ia duduk di atas kasurnya dan mengusap wajahnya yang masih sedikit mengantuk.

Tangannya terulur ke arah mejanya untuk mengambil ponselnya yang masih berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari seseorang. Tanpa melihat siapa yang menelpon, ia langsung menggeser ikon hijau di layarnya.

"Halo." Ucap Devan sambil menguap lebar.

"Mohon maaf karena telah mengganggu waktu anda. Kami dari pihak rumah sakit mengabarkan pasien atas nama zafran alfriza telah melewati masa kritisnya. Pasien telah sadar."

Ucapan tersebut membuat Devan menjadi tidak mengantuk. Ia langsung memutus sambungan dan langsung bersiap menuju rumah sakit untuk menjenguk zafran yang sudah sadar.

"Terima kasih tuhan."

———

Devan berjalan melewati lorong lorong rumah sakit menuju ruangan F7S1.Ruangan di mana zafran di rawat selama kurang lebih hampir dua Minggu.

Ia tak sendiri, ia datang bersama Vandra dan ke tiga temannya. Setelah mendapat telepon dari pihak rumah sakit, ia langsung memberi tahu ibunya dan teman temannya kalau zafran telah sadar.

Mereka masuk ke dalam ruangan dan melihat zafran yang sudah membuka matanya namun masih terbaring di atas brankar. Mereka menghampiri nya.

"Akhirnya kamu bangun juga nak." Ucap vandra.

Zafran hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Lalu pandangannya beralih kepada Devan.

"Van." Panggil zafran dengan suara yang lemah.

"Karin nggak tau, kan?" Devan menggeleng.

Zafran tersenyum." Makasih buat semuanya sudah mau Nerima gue di hidup kalian semua. Terutama Tante vandra dan Devan. Makasih udah mau Nerima zafran di rumah kalian. Gue juga minta maaf karena telah merepotkan kalian semua." Matanya memandangi ke arah Vandra dan Devan bergantian.

Vandra dan Devan hanya mengangguk.

"Van." Panggil zafran terhadap Devan.

"Nanti lo buka lemari gue ada amplop merah di bawah baju gue. Nanti lo kasih ke Karin setelah gue nggak ada nanti."

"Lo ngomong apa sih. Emang lo mau kemana?"

"Gue mau pergi ke tempat yang nggak akan pernah di jangkau oleh kalian."

"Kayak mau mati aja ngomong lo zaf."

Zafran hanya tersenyum. Tetapi, tiba tiba dadanya kembali sakit. Ia menggigit bibir nya menahan sakit. Darah keluar dari ujung bibir lubang hidung zafran. Devan yang melihat itu pun langsung menggenggam tangan zafran yang terasa dingin.

"Asy-hadu-alla-ilaa-ha-illa-llah-wa-asy-hadu-anna-muhammadan-rasulullah."

Tangan zafran yang di genggam oleh Devan terjatuh lemas. Suara mesin EKG berbunyi nyaring tanda bahaya.

"DOKTER!" Teriak Devan.

Vandra tak kuasa menahan tangisan. Ia berada di pelukan anaknya yang sedang menangis.

Tak lama kemudian seorang dokter memasuki ruangan dan langsung menyuruh semua untuk keluar.

"Nak, zafran bisa sembuh kan nak?" Tanya Vandra.

"Kita lihat nanti ya ma."

Tiga menit kemudian, dokter keluar setelah selesai memeriksa kondisi zafran.

"Kami sudah berusaha sesuai dengan kemampuan kami agar nyawa pasien terselamatkan. Namun Tuhan berkehendak lain. Pasien atas nama zafran alfriza meninggal dunia pada hari Sabtu 12 Desember 2022 pukul 23.28."

———

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang