DUA PULUH SATU

17 6 0
                                    

Cahaya matahari mulai menyinari bumi. Jalanan mulai di padati oleh orang orang yang akan melakukan aktivitasnya di berbagai tempat, ada yang berangkat ke sekolah, berangkat menuju kantornya dan lain lain.

Zafran menuruni anak tangga satu persatu dengan seragam sekolah yang di kenalannya. Ia melihat suasana rumah yang sangatlah sepi. Ia menuju ke ruang makan untuk mengisi perutnya yang telah bergejolak dari tadi. Di sana, ia melihat bi Yuni yang sedang duduk di kursi meja makan. Bi Yuni menoleh dan langsung berdiri saat melihat dirinya yang berjalan menghampirinya.

"Sarapan dulu mas." Suruh bi Yuni

Zafran tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Makan sandwich aja deh bi."

Bi Yuni mengangguk langsung menuju dapur untuk membuatkan roti sandwich. Sedangkan Zafran duduk sambil menunggu roti sandwich ya selesai. Tak lama kemudian bi Yuni kembali dengan sepiring roti sandwich di tangannya. Ia menyajikannya kepada Zafran Daan langsung di santapnya.

"Papa pulang, bi?" Tanya Zafran

"Belum mas. Padahal tuan Andra sudah empat hari belum pulang." Jawab bi Yuni

Zafran mengangguk. Sebenarnya tanpa dirinya bertanya seperti ini, ia sudah mengetahui jawabannya. Ayahnya tidak akan pulang ke rumahnya. Akan tetapi ia akan pulang di rumah perempuan yang waktu itu di temuinya.

Sudah menuju hari ke empat ayahnya tidak kembali ke rumahnya. Sebenarnya ia masih menyayangi ayahnya, tetapi kelakuan ayahnya yang membuat dirinya marah terhadap ayahnya.

Dengan segera ia menghabiskan roti nya dan langsung menuju luar rumah untuk mengambil motornya yang berada di garasi untuk di bawanya ke sekolahannya.

---

Zafran memasuki gerbang sekolahan menuju parkiran kendaraan untuk memarkirkan motornya. Berbagai banyak pasang mata tertuju padanya di saat ia mulai memasuki kawasan sekolah. Tapi dirinya sudah terbiasa dengan semua itu. Karena menurutnya, itulah adalah hal yang wajar bagi orang yang seperti dirinya. Menjadi ketua OSIS dan ketua ekstrakurikuler badminton di sekolahannya yang membuatnya terkenal di sekolah itu.

Ia melepas helmnya dan menaruhnya di kaca spion motornya. Lalu ia berjalan menuju kelasnya melewati beberapa gedung sekolahan yang berdiri kokoh.

Di ujung koridor kelas sepuluh perbatasan dengan koridor dengan kelas sebelas, ia bertemu dengan Agnes bersama kedua temannya, Emily dan Safia.

"Morning king." Sapa Agnes dengan wajah yang berseri seri.

"Hm" balas Zafran singkat.

"Oh ya, gimana kemarin kue coklatnya, enak?" Tanya Agnes

Belum sempat Zafran membalas pertanyaan Agnes, ia langsung memberikan sebuah kotak makan kepadanya. Zafran menatap kotak makan itu lalu menatap Agnes datar.

"Buat lo aja." Ucap Zafran

"Ini kan buat lo, lo pasti suka kan?" Tanya Agnes

"Lo denger baik baik, kemarin kue yang lo berikan udah gue kasih lagi ke Kelvin."

"Dan inget, jangan pernah beri gue seperti itu lagi, selagi gue masih mampu untuk beli sendiri."

Zafran langsung meninggalkan Agnes bersama kedua temannya. Agnes menatap kotak makannya itu.

"Mungkin dia menolak karena nggak suka coklat." Tebak Safia.

"Mungkin."

Mereka bertiga langsung berjalan menuju kelas mereka masing masing karena sebentar lagi jam pertama akan segera di mulai.

———



ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang