DUAPULUH

20 4 0
                                    

"Ayo pulang "

Zafran yang tadinya fokus memainkan ponselnya, kini menghadap Karin yang telah selesai melakukan kewajiban sebagai umat muslim. Karin mengikat tali sepatu nya dan menghampiri Zafran. Zafran memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Ia memakai helmnya dan menyalakan mesin motor. Karin menghampiri Zafran dan naik di belakang Zafran. Setelah itu motor berjalan dengan kecepatan normal.

———
Z

afran menghentikan motornya disaat telah sampai di suatu rumah yang terlihat megah. Zafran merasa punggungnya berat. Ia melihat ke arah belakang dan melihat Karin yang sedang tertidur dengan menempelkan dahinya di punggung Zafran.

Karena gerakan yang Zafran buat, Karin terbangun. Ia mengerjakan matanya berkali kali. Ia menoleh ke arah rumah yang sangat ia kenal itu.

"Ini bukan rumah gue." Ucap Karin

"Ini rumah Lo, gue masih ingat." Balas Zafran.

Karin menghembuskan nafasnya pelan. Kenapa ia lupa kalau Zafran belum mengetahui tentang kepindahannya dari rumah ini.

"Gue pindah." Sahut Karin

Zafran menatapnya tajam." Kenapa lo nggak bilang dari tadi." Ucapnya kesal

Karin meringis." Sorry, soalnya mau ngasih tau lupa. Lo juga sih, kenapa nggak nanya dulu."

"Ya mana gue tau!"

Zafran mendengkur kasar." Tunjukin alamat rumah baru lo sekarang."

"Gang pemuja satu nomor tujuh."

Zafran langsung menyalakan mesin motornya dan langsung memacu motornya dengan kecepatan tinggi yang membuat Karin memeluk erat perut Zafran. Ia memukul mukul bahu Zafran dan berteriak dengan keras agar Zafran mau untuk menurunkan laju kecepatannya. Tetapi yang ia lakukan sia sia, Zafran tidak menghiraukannya.

Mulutnya bergerak merapalkan doa agar dirinya selamat sampai tujuan nanti. Ia semakin mengeratkan pelukannya di perut Zafran. Raut wajahnya terlihat ketakutan, sedangkan Zafran tersenyum tipis di balik helm full face nya itu.

———

Zafran mengerem motornya secara mendadak yang membuat dahi Karin membentur punggung Zafran. Ia menghembuskan nafas lega karena doanya di kabulkan oleh tuhan. Disisi lain, ia merasa marah dan kesal terhadap Zafran yang hampir saja membuatnya mati. Untung saja perutnya tidak merasa mual seperti lalu saat Zafran mengendarai mobilnya. Ia turun dari motor dan memukul lengan Zafran dengan kuat.

"Udah dua kali lo ngebut ngebut kayak gini sama gue. Kalo gue kenapa kenapa gimana?!" Ada rasa kekesalan dalam ucapannya.

Zafran membuka helmnya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia menoleh kearah Karin.

"Hffttt, hahahaha.... Lo marah, imut banget kalo marah." Ucapnya sambil mencubit pipi Karin. Karin menepis tangan Zafran agar menjauh dari dirinya.

"Sakit tau!"

"Heh, liat diri lo. Lo sekarang nggak papa, nggak mati, nggak luka sedikitpun." Ucap Zafran

"Iya. Tapi bisa kan kalo nggak ngebut.!"

Zafran memutar bola matanya malas. Pandangannya teralih kepada rumah Karin yang terlihat sepi.

"Lo di rumah sama siapa?" Tanya Zafran

"Sama bi kasih!"

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang