AKHIRAN

29 3 0
                                    

Bulan demi bulan berlalu. Karin kini telah menginjak ke kelas dua belas akhir. Beberapa bulan yang di laluinya sendiri sangat berbeda. Ia harus berjuang hidup tanpa zafran. Tak ada zafran hidupnya merasa sepi dan hampa. Ia masih sering menangis sendiri di dalam kamarnya karena ia masih belum menerima keadaan kalau zafran telah meninggal dunia.

Kini SMA AIRLANGGA mengadakan acara promnight untuk merayakan kelulusan kelas dua belas yang telah berjuang belajar selama tiga tahun di sekolah.

Seorang master of ceremony naik ke atas panggung.

"Acara demi acara telah kita lalui bersama di malam yang sangat indah ini. Kita beralih ke acara terakhir yaitu penampilan dari queen of airlangga 45 dan penutupan. Penampilan Queen of airlangga, kepada Karina elvaretha kami persilahkan."

Karin yang merasa namanya di panggil, berdiri dan berjalan ke atas panggung. Ia menerima microphone yang di berikan oleh master of ceremony.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Karina elvaretha. Saya queen of airlangga di tahun ke 45. Saya akan menampilkan sebuah puisi yang berjudul hilang."

Sebuah musik mulai berbunyi terdengar di seluruh halaman utama Airlangga.

Hilang, karya wessly Johannes.

Sesuatu harus kurelakan pergi

Tak ada yang mesti kunanti lagi,

sebab ada yang tak selalu dua sisi

Lepas

Terbang

Hilang

Titik-titik kehilangan temu

Jalan-jalan kehilangan kaki

Mata-mata kehilangan hati

Aku?

Andai masih bisa kauraba

Kekosongan di belakang tanda tanya

Yang lebih mirip sebelah hati itu

Kulepas kau di ribuan embusan napas ini, ikhlas

Meski di dadaku bertebaran daun-daun sepi

Yang harus kusapu setiap pagi atau malam hari

Sesak sendat separuh hatiku berlari

Di antara langkah kaki anak-anak kecil

Yang tak lagi temukan tanah lapang di kota ini.

Musik berhenti. Karin merasakan sesak di dadanya. Ia memberi penghormatan kepada semuanya dan turun menuju belakang panggung.

"Kasihan Karin ya Lis. Pasti sedih banget." Ucap salsa.

"Iya. Samperin yuk." Ajak Lisa.

"Ayo."

Salsa dan kedua temannya, Lisa dan Zea beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju belakang panggung berniat untuk menghampiri Karin.

Di sana mereka melihat Karin yang sedang duduk di kursi koridor kelas sendirian sambil menangis. Mereka menghampiri nya.

"Karin, kok nangis?"

"Kalian tau nggak di tinggal pergi sama orang yang di cintai?" Tanya Karin.

"Kami semua tau Rin. Memang sakit di tinggal pergi oleh orang yang kita cintai." Jawab Lisa.

"Iya Rin. Tapi kamu harus kuat Rin. Coba mulai ikhlasin kepergian zafran. Dia juga bakal nangis kalo liat lo nangis kayak gini. Dia juga nggak bakal tenang kalo kamu masih belum ikhlasin dia." Ucap Zea.

"Iya Rin. Ikhlasin ya." Sahut Lisa.

"Berat ze mau ikhlasin dia."

"Memang awalnya berat buat ikhlasin. Tapi coba saja. Lama kelamaan kamu akan mengikhlaskan nya."

Karin memandangi ke tiga sahabatnya itu secara bergantian. Lalu ia memeluk ketiga sahabatnya.

"Akan aku coba untuk mengikhlaskan zafran. Aku akan coba untuk hidup tanpa dirimu zaf. Kamu yang tenang ya disana. Doaku selalu mendampingimu." Batinnya.

"Makasih sudah hadir di dalam hidupku sahabat. Kamu yang menguatkan ku di saat aku lemah seperti ini. Kamu selalu membantuku. Terima kasih atas semuanya sahabatku. Tetaplah bersamaku hingga ajal menjemput kita nanti."

—TAMAT—

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang