DUA PULUH SEMBILAN

11 3 0
                                    

Zafran menatap bingung tempat yan dituju oleh Adam. Tempat tersebut terdapat banyak sekali gedung gedung yang menjulang tinggi dan taman taman yang indah.

"Ini tempat apa, sih?" Tanya Zafran.

"Lihat tulisannya." Suruh Adam sambil tangannya menunjuk ke arah papan yang terpasang di dekat gerbang. Terdapat tulisan yang berukuran besar disana yang bertuliskan 'PESANTREN MODERN AL FATTAH'.

"Pesantren? Apa itu pesantren?" Tanya Zafran.

"Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam yang dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan seorang kyai."

Zafran hanya mengangguk walaupun dirinya masih tidak terlalu paham apa yang telah di jelaskan oleh Adam. Adam mengajaknya untuk masuk kedalam pesantren tersebut. Saat hendak berjalan, Zafran mencekal tangannya yang membuatnya berhenti dan menoleh ke arah Zafran.

"Kenapa?" Tanya Adam

"Gue umat kristiani." Balas Zafran.

Adam tertawa kecil." Di sini semuanya boleh masuk, nggak pandang suku,ras ataupun agama. Jadi kamu boleh masuk."

Adam menarik Zafran yang masih mematung di tempat. Walaupun ragu, Zafran tetap menurut, ia tidak menolak. Saat masuk ke dalam pesantren, ia merasa bingung, kenapa semua orang di dalam sana diam menunduk tidak bergerak saat dirinya bersama Adam memasuki kawasan itu.

Langkahnya tertuju kepada suatu rumah yang terletak dekat dengan masjid di dalam pesantren itu. Adam memasuki rumah itu dan diikuti oleh Zafran.

"Assalamualaikum Abah." Adam mengucapkan salam terhadap seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk bersantai sembari membaca suatu kitab kuning di tangannya. Laki laki itu adalah ayahnya. Adam menghampiri ayahnya dan menyalaminya.

"Waalaikumsalam."

"Sama siapa,dam?" Tanya Abah.

"Temanku bah, namanya Zafran."

Adam memberi isyarat kepada Zafran untuk memperkenalkan dirinya terhadap ayahnya. Zafran mengangguk, walaupun ragu ia tetap memperkenalkan dirinya.

"Saya Zafran, om"

Abah tersenyum ke arahnya." Panggil saya Abah."

"I-iya,Abah."

"Kamu seorang umat kristiani?" Tanya Abah saat ia melihat kalung berbentuk salib di lehernya.

"I-iya"

Abah hanya tersenyum.

"Abah tidak marah?" Tanya Zafran

"Buat apa marah, setiap manusia harus saling menghargai perbedaan."

Zafran diam tak merespon. Adam menghampiri ayahnya dan membisikkan sesuatu di telinga ayahnya. Abah terlihat mengangguk angguk.

"Ajak dia keliling pesantren." Suruh Abah terhadap Adam.

Adam langsung mengajak Zafran keluar rumahnya untuk mengajaknya keliling pesantren. Zafran melihat sekeliling pesantren yang di kelilingi oleh gedung gedung yang menjulang tinggi, taman taman yang bersih tapi dan indah, dan gazebo gazebo yang terletak di taman tersebut. Ia juga melihat seorang santri putra yang sedang duduk di gazebo tersebut sedang mengkaji sebuah kitab.

"Dia Yuda. Santri terbaik di pesantren ini. Dia berbakat dalam membaca kitab kuning kosongan." Ucap Adam menjelaskan.

Walaupun Zafran tidak paham apa itu kitab kuning, ia tetap mengangguk. Mereka melanjutkan berjalannya menuju asrama santri putra yang berada di belakang. Di sana seluruh santri yang melakukan kegiatan di luar langsung diam menunduk saat melihat keberadaan Adam. Zafran semakin bingung dengan keadaan ini, kenapa setiap santri bertemu dengan Adam selalu diam dan menunduk.

"Kenapa sih, setiap lo bertemu dengan santri santri mereka selalu diam menunduk." Tanya Zafran.

"Itu sudah seharusnya menjadi santri untuk menundukkan pandangannya untuk penghormatan terhadap keluarga kyai. "

"Lo anaknya Abah?"

"Ya."

"Tapi sebenarnya aku kurang suka di perlakukan seperti ini." Adam menunjuk gedung lantai lima." Di sana adalah asrama untuk santri usia SMA. Santri yang seangkatan denganku saat bertemu denganku mereka selalu seperti ini, menunduk. Itulah yang aku kurang suka."

Zafran hanya membalasnya dengan anggukan. Mereka melanjutkan kelilingnya menuju ke suatu tempat yang sudah biasa di kunjungi oleh santri santri ketika lagi butuh ketenangan. Danau.

Pesantren ini sangatlah luas. Banyak sekali gedung gedung tinggi yang berdiri. Pesantren ini di sebut pesantren modern karena adatnya yang modern, namun tidak menghilangkan kebiasaan mengaji salafiyahnya. Pesantren ini terdapat dua danau yang tidak terlalu besar. Satu danau di asrama putra sedangkan yang satu lagi berada di asrama putri. Ini memang di sengaja oleh Abah agar para santri tidak bertemu dengan selain mahramnya.

"Kok ada danau di sini?" Tanya Zafran

"Itulah kelebihan pesantren ini, terdapat danau untuk para santri yang butuh ketenangan. Abah menamainya dengan danau hudu'. Artinya danau ketenangan."

Adam mengajaknya duduk di pinggir danau tersebut. Danau tersebut terlihat indah dengan taman taman yang rapi dan bersih dan beberapa pohon Pinus yang tumbuh di sekitar danau tersebut.

"Gimana keadaan mu?" Tanya Adam

"Lumayan."

Tidak salah Abah menamainya dengan danau hudu', danau ini memang memiliki aura ketenangan karena pemandangannya yang bagus dan udaranya yang sejuk.
Ia sedikit tenang karena Adam yang mengajaknya ke sini. Perlahan ia menikmati udara di sana dan melupakan masalah di keluarganya.

———

Bagaimana para readers saat membaca scene ini?

Nama pesantren ini aku ambil dari dari 99 Asmaul Husna ya. Aku tidak menirukan nama dari pesantren lainnya. Sedangkan gambaran pesantrennya aku buat sendiri. Murni dari pikiranku sendiri.

Jangan lupa follow akun wattpadku dan beri vote dan komen pada setiap part di cerita ku ya.

THANK'S READERS.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang