DUA PULUH DELAPAN

12 3 0
                                    

Takut dan gugup, itu yang kini di rasakan oleh para peserta yang lulus dari babak semi final. Hari ini, adalah hari di umumkannya para peserta yang lulus dari babak final yang akan melanjutkan olimpiade tingkat internasional.

Para peserta berdoa sesuai agama mereka masing masing dan ada juga yang pasrah atas usahanya yang di lakukan ya selama ini.

"Baiklah, hari yang di tunggu telah tiba, yaitu hari pengumuman para peserta yang lulus dari babak final. Kami akan membacakan 3 perwakilan sekolah yang lulus dari babak final ini. Untuk mengikuti olimpiade tingkat internasional, hanya 3 sekolah yang terpilih dan lulus dari babak final tingkat nasional." Jelas sang juri.

"Selamat untuk kelompok, 31,47, dan 17 perwakilan, dari, sekolah, SMA Airlangga, SMA Arjuna, dan SMAI AL FATTAH."

Suara sorakan oleh para peserta terdengar menggema di seluruh aula pertemuan. Anggota kelompok 31 tersenyum bahagia karena usahanya tidak sia sia. Begitu juga kelompok yang lain. Zafran menoleh ke arah meja nomor 17, meja yang dimana kelompok sekolah Adam berada. Adam tersenyum ke arah Zafran.

"Semangat." Ucap Adam tanpa suara

Zafran hanya membalasnya dengan anggukan dan pandangannya kembali ke depan. Andai kebahagiaan ini ada di keluarga gue. Batinnya.

———

"Dok, saya mau pulang besok pagi." Ucap Zafran.

"Kondisimu masih belum pulih sempurna. Saya tidak mengizinkanmu pulang."

"Tapi, besok saya harus melanjutkan olimpiade saya di aula. Besok sudah memasuki babak semi final sekaligus babak final."

"Saya masih belum mengizinkanmu."

"Biarkan dia mengikuti olimpiade, Dok."

Adam tiba tiba masuk ke dalam ruangan Zafran dirawat. Ia mendekati Zafran dan dokter Kevin yang telah selesai mengganti infus.

"Tapi dia masih belum pulih."

"Saya bisa menjaganya." Ucap Adam

Dokter Kevin terdiam. Adam melihat dokter Kevin yang seperti sedang berfikir ,dan tak lama kemudian dokter Kevin mengangguk.

"Baiklah, kamu boleh pulang. Tapi harus mengikuti apa kata kata saya. Perbanyak istirahat, dan selalu minum obat yang saya kasih."

"Baik dok." Ucap Zafran

Dokter Kevin pergi meninggalkan Zafran dan Adam di dalam ruangan tersebut. Akhirnya ia bisa pulang besok pagi dan melanjutkan olimpiade nya.

———

Sebuah mobil berwarna biru berhenti di depan suatu restoran yang terkenal dengan kelezatan makanannya. Zafran bersama Karin dan Alfa disusul oleh Bu Mega dan supir turun dari mobil tersebut.

"Karena kalian lolos dari babak final, saya akan mentraktir kalian makan disini." Ucap Bu Mega yang membuat 3 anak didiknya kesenangan.

"Saya juga Bu?" Tanya sang supir.

"Hehe, pak sohib beli sendiri aja ya, kan nggak ikut lomba." Ucap Bu Mega.

"Iya pak, bapak kan punya uang sendiri, hehe." Sahut Karin.

"Iya deh." Ucap pak sohib.

Mereka masuk ke dalam restoran tersebut. Langkah Zafran terhenti di saat melihat ayahnya bersama cewek yang sama dengan sebelumnya yang pernah di temuinya di cafe malam itu. Pantas saja ayahnya tidak pernah pulang beberapa hari ini.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang