EMPAT PULUH EMPAT

20 3 0
                                    

H-1 menuju classmeeting

Karin memasuki pekarangan suatu rumah yang berdiri kokoh dengan warna yang serba putih. Ia memijakkan kakinya ke teras rumah tersebut dan berjalan menuju pintu rumah. Ia memencet bel rumah itu dan langsung membalikkan badannya menunggu pintu tersebut terbuka.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Ia balik badan dan melihat Devan yang berdiri di ambang pintu.

"Halo Devan." Sapa Karin

"Hm. Tumben pake kerudung. Mau kemana?"

"Iya, soalnya mau ke Surabaya. Oh ya, zafran ya ada?"

Perasaan Devan langsung berubah menjadi gelisah saat Karin menanyakan keberadaan zafran. Tidak mungkin ia memberi tahukan hal yang terjadi pada zafran.

"Dia lagi reuni sama temen SMP nya dulu." Jawab Devan bohong.

"Oo reuni. Kalo gitu, gue titip salam ke zafran ya. Bilang kalo gue udah berangkat ke Surabaya." Devan hanya mengangguk.

"Yaudah, gue pamit dulu. Bentar lagi pesawatnya udah mau landing."

"Oke."

"Bye."

Devan mengangguk. Lalu Karin pergi meninggalkan rumah Devan kembali masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan sebelumnya. Devan melihat kepergian Karin bersama taksi. Ia kembali masuk ke rumahnya dan mengistirahatkan dirinya ke dalam kamarnya.

———

Setelah beberapa jam terbang di pesawat, akhirnya pesawat yang di naiki oleh Karin mendarat dengan sempurna di bandara internasional Juanda Surabaya.

Karin memasuki lobby bandara dan mengurus barang barangnya yang sedang dalam proses pemeriksaan oleh pihak keamanan bandara.

Setelah selesai mengurusi barang barangnya, ia lanjutberjalan menujuluar lobby untuk mencari seseorang yang sedang di tunggunya di sana. Pandangannya beredar di seluruh lobby, dan penglihatannya melihat sosok pria yang sedang di tunggunya. Pria yang sedang duduk di belakang. Ia langsung menghampiri pria tersebut.

"Assalamualaikum om Aeron."

Aerondiantama Bagaskara, merupakan adik dari ibu Karin yang tinggal bersama nenek Karin yang bernama Nina. Biasa di panggil Aeron oleh Karin.

Aeron yang merasa namanya di panggil langsung mendongakkan kepalanya dan ia melihat Karin yang sedang berdiri di sampingnya sambil tersenyum ke arahnya.

"Wiih, wis teko ponaanku. Kenapa enggak chat om?" Tanya Aeron

"Hehe, lupa."

Aeron hanya membuang nafasnya pelan. "Yaudah ayo pulang, ibu udah nunggu di rumah sama adekmu."

"Ayo."

Karin bersama Aeron berjalan keluar kawasan lobby menuju parkiran. Aeron membantu memasukkan barang Karin ke dalam bagasi mobil.

Setelah siap, mobil melaju dengan kecepatan normal menuju rumah yang di nantikan oleh Karin. Rumah neneknya.

———

Karin mulai menginjakkan kakinya di pekarangan rumah nenek nya yang berada di perbatasan kota. Ia melangkahkan kakinya menuju teras rumah. Lalu ia mengetuk pintu rumah itu.

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka lebar dan memperlihatkan wanita berumur 60-an disana. Itu Nina ibu dari ibunya Karin.

Nina tersenyum kearah Karin lalu memeluknya. Karin membalas pelukan dari neneknya. Ia sangat rindu dengan neneknya ini. Nina melepaskan pelukannya.

"Putuku mundak ayu Yo." Ucap Nina yang berarti 'cucuku semakin cantik aja.'

Karin yang di puji hanya tersenyum. Lalu Nina mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.

"KAK RINA!!"

Itu suara Naya, adik kandung Karin. Dirinya sering di beda bedakan dengannya oleh ibunya. Walaupun demikian, ia tak pernah memiliki rasa benci dan iri kepada Naya. Ia masih tetap menyayanginya.

Naya memeluk Karin dengan erat, begitu juga dengan Karin.

"Naya kangen banget sama kakak."

"Sama kakak juga kangen."

"Ya udah. Kita makan yuk, pasti Karin belum makan." Ajak Nina

"Iya. Nenek tau aja kalo Karin belum makan."

Nina tidak membalas. Ia langsung menuju ruang makan yang sudah siap dengan berbagai makanan di atas meja makan.

Nina langsung mengajak kedua cucunya duduk di sana dan mengambil makanan.

Karin mengambil nasi dan lauk, lalu ia lahap dengan nikmat.

———

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang