SEMBILANBELAS

14 5 0
                                    

Bi. Kasih tak berhenti menangis, yang membuat Karin menjadi kasihan terhadapnya. Ia mengusap punggungnya berusaha untuk menenangkannya.

"Sudah Bi jangan nangis lagi." Ujar Karin

"Bibi sedih mbak. Bibi udah nggak punya pekerjaan lagi. Cuma jadi pembantu pekerjaan satu satunya bibi."

"Sudah bi ya, nangisnya. Yang terpenting sekarang kita cari rumah atau kontrakan untuk tempat tinggal kita sekarang." Ucap Karin.

Bi Kasih mengangguk pelan sambil mengusap air matanya. Ia mengulum senyumnya yang membuat hati Karin sedikit tenang. Ia memeluknya dengan erat.

———

Mobil yang di tumpangi Karin bersama bi Kasih berhenti di depan suatu yang yang sangat sempit. Gang itu hanya bisa di lewati oleh orang yang berjalan kaki saja. Sepeda motor tidak memungkinkan untuk bisa untuk masuk kedalam gang tersebut. Karin bersama dengan bi Kasih turun dari mobil itu dan menurunkan barang barangnya dari dalam mobil.

"Di gang ini mbak, setahu saya banyak rumah di jual murah di sini." Ucap sopir

Karin mengangguk untuk membalas ucapan supir tersebut." Makasih ya pak."

Tak lama kemudian mobil tersebut pergi meninggalkan mereka berdua. Karin dan bi Kasih berjalan memasuki gang kecil itu sembari membawa barang barangnya.

Hari semakin panas dan cahaya matahari semakin terik. Karin melihat waktu di jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 1 siang. Mereka masih saja belum mendapatkan informasi tentang rumah yang di jual ataupun di kontrakkan.

Di tengah tengah perjalanannya, mereka bertemu dengan seorang paruh baya yang kira kira berusia 60 an yang sedang berjualan rujak di teras rumahnya. Karin mencoba untuk menghampiri orang itu. Siapa tahu, orang itu mempunyai rumah kosong yang dijual ataupun di kontrakkan.

"Assalamualaikum nek." Sapa Karin sopan.

Wanita itu yang tadinya sedang mengulek kacang menghentikan kegiatannya dan mengalihkan pandangannya ke arah karin. Wanita tersebut menghampirinya sambil mengusap usap tangannya di celemek yang di pakainya.

"Waalaikumsalam. Iya neng, mau beli rujaknya?" Tanya wanita itu.

Karin tersenyum tipis dan menggeleng pelan." Makasih nek. Saya mau nanya nek, di dekat sini apa ada rumah yang di jual atau di kontrakkan?"

"Oohh.....ada neng. Kebetulan juga itu milik saya neng. Mau dilihat dulu?" Tanya wanita itu.

Karin mengembangkan senyumnya." Beneran nek? Boleh deh nek."

Karin mengajak bi Kasih untuk berjalan mengikuti wanita itu menuju rumah yang dijualnya. Akhirnya setelah beberapa lama mencari akhirnya dapat juga. Mereka mengikuti langkah wanita itu menuju ke suatu rumah kecil tapi sederhana yang terlihat kotor tidak terurus.

"Silahkan masuk neng,Bu. Hehe maaf kotor rumahnya."

"Nggak apa kok nek."

Wanita itu mengambil kunci yang berada di saku bajunya dan membuka rumah itu. Setelah pintu terbuka, mereka masuk lalu wanita itu mempersilahkan untuk melihat lihat isi rumah itu terlebih dahulu. Bi Kasih dan Karin berjalan di setiap ruangan rumah itu untuk melihat keadaan.

Setelah beberapa lama melihat, mereka berkumpul menghampiri wanita pemilik rumahhl ini yang menunggunya. Karin menyetujui untuk menjadikan rumah ini sebagai tempat tinggalnya bersama bi Kasih. Begitu pula dengan bi Kasih, ia juga menyetujui Karin.

"Baik, nanti kalo ada apa apa sama ibu dan Eneng, bisa langsung ke rumah saya." Ucap wanita itu.

"Makasih nek. Oh ya, nama nenek siapa?" Tanya Karin.

ZAFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang