E x t r a p a r t

12.8K 230 19
                                    

Karena aku janji empat part lagi tamat di chapter yang 43 : Ungkapan. Jadi aku kasih ini judul Extra Part karena belum selesai hehe.



☁️
•____________________•

Jantung Asta berdebar tidak karuan, bahkan cewek itu sampai terbangun dari tidurnya. Dilihat jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Asta segera menelfon Galan karena cowok itu belum mengabarinya juga.

"Galan ayo angkat dong," gumamnya sembari menunggu deringan telepon di angkat.

Entah sudah berapa kali Asta menelfon Galan, tak lama nama Edgar menelfon dirinya. Pikiran Asta semakin kacau belum lagi debaran keras pada jantungnya. Asta terus menggeleng mengusir pikiran buruknya. Ia percaya Galan baik-baik saja karena cowok itu sudah janji padannya.

Asta mengangkat telfon tersebut dan berharap suara yang terdengar adalah suara Galan. Pasti cowok itu meminjam ponsel Edgar karena ponselnya kehabisan baterai. Begitulah fikir Asta.

"Hallo?"

Hanya keheningan yang terjadi bahkan Asta sampai mengecek panggilan tersebut. Sudah sepuluh detik berlalu dan masih saja hening.

"Hallo Gar? Galan mana?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Asta benar-benar khawatir dan ingin segera mendengar suara Galan. "Edgar?" Panggil Asta dengan lembut saat suara isakan mulai terdengar.

Edgar menangis di ujung sana dan Asta ikut menangis juga karenanya. "Edgar jawab gue! Galan dimana?" Tanyanya sekali lagi dengan tangisan yang sudah tidak terbendung.

Asta mengontrol suaranya untuk tidak berteriak, ini sudah malam. Ia tidak ingin membangunkan Artas maupun Alvian yang berada di kamar sebelahnya.

"Edgar?" Panggilnya sekali lagi.

Tarikan nafas Edgar terdengar. "Gue didepan rumah lo Sta, lo ke bawah ya sekarang," jawab Edgar menahan getarannya karena menangis.

"Oke gue kebawah,"

Asta segera memutus panggilan lalu memakai cardigannya, membiarkan tubuhnya masih terbalut piyama hitamnya. Cewek itu melangkah mengendap-endap keluar agar Artas dan Alvian tidak terbangun.

Sampai di luar, Edgar berdiri bersandar pada mobilnya dengan tangan menutupi wajah. Terlihat bahu cowok itu bergetar, bisa Asta tebak Edgar sedang menangis.

"Edgar semua baik-baik aja kan?" Tanya Asta berharap Edgar mengangguk untuk menenangkannya barang sedikit saja.

Namun, kepala cowok itu menggeleng dan memgangkat wajahnya. Wajah itu biasanya penuh senyuman konyol, kini sembab dan penuh luka-luka lebam.

"Ayo Sta,"

Edgar membukakan mobilnya untuk Asta. "Gue gak mau ikut, sebelum lo jawab kita mau kemana? Galan mana? Kenapa lo nangis?" Tanyanya bertubi-tubi dengan wajah marah, kesal, khawatir, dan berharap.

Entah apa yang Asta harapkan. Orang yang didepannya saat ini adalah Galan. Atau berharap Galan baik-baik saja.

"Galan dirumah sakit, dia ditembak,"

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang