27 : Gaxel Raiden Askala

14.5K 360 39
                                    

"Izy itu ibarat bintang, dia bersinar sama seperti jutaan bintang lainnya. Dan bagi Galan, cuma Izy bintang yang paling cantik dan bersinar paling terang diantara jutaan bintang lainnya itu."



Note :
BTW SEKARANG JUDUL BABNYA GAK PAKE EMOT 🌞 LAGI YA! SOALNYA KEK BIKIN SAKIT MATA😴😾🙁

MAU BIKIN COVER TAPI LUPA MULUUU NANTI DULU DEHHH😤 MAAF YA KALO COVERNYA JATOHNYA KEK GAK JELAS🥵
•____________________•

Minggu, 30 September

Selesai memenuhi keinginan perut mereka, Galan langsung mengantar Asta kembali ke apartemen.

"Lo siapin aja barang-barang buat pindah dulu, jumat aja pindahnya nanti gue jemput," ujar Galan.

Kepala Asta mengangguk-angguk lalu menoleh menatap Galan. "Kenapa gak sekarang aja?" tawar Asta.

Cewek itu takut kalau minggu-minggu ini akan hujan.

"Gue perlu jelasin ke mereka dulu. Dan gue rasa mereka butuh waktu," Lagi-lagi kepala Asta mengangguk mengerti.

"Oke,"

Asta langsung turun dari mobil Galan saat cowok tampan itu menurunkannya di lobby apartemen.

"Makasih ya,"

Tidak ada sahutan dari Galan namun cewek itu tetap keluar dari mobil. Setelah mobil Galan melesat pergi, kaki Asta langsung berputar dan menyapa pak Wisnu, selaku satpam di apartemen Raias Residen.

"Kok mas Galan langsung pergi mbak?" Tanya Pak Wisnu.

"Iya pak, ada urusan katanya," jawab Asta seadanya. "Mari pak,"

"Oh iya-iya mbak Asta."

Disisi lain, Galan melesatkan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesampainya di rumah coklat yang pagarnya langsung terbuka karena sebuah sensor yang mengetahui plat mobilnya di depan gerbang. Galan langsung memarkirkan mobilnya di halaman yang cukup luas itu. Setelahnya ia keluar dan berjalan santai masuk kedalam.

Galan sudah bilang belum, kalau rumah coklat yang sering disebut markas itu adalah milik Syaina. Lebih tepatnya lagi warisan dari kedua orang tua bundanya yang sudah lama meninggal dan diberikan pada Syaina. Dan kini Galan menempatkannya karena Galan sudah memutuskan keluar dari mansion Galen.

Tentunya Galan tidak menempatinya dengan gratis, ia membayar rumah tersebut dengan harga mahal walaupun Syaina bersikeras menolak.

"Akhirnya balik juga, jelasin cepet," pinta Assaf menuntut.

"Tanya aja nanti gue jawab," balas Galan dengan santai sembari merebahkan tubuh lelahnya di soffa.

"Kenapa lo gak bilang?" Tanya Rabian yang tidak terlalu di liputi emosi seperti yang lain.

"Karena gak penting," jawab Galan singkat.

"Gal, jangan sampe tangan gue melayang ya. Jawab yang panjang," titah Dirga dengan tangan sudah terkepal keatas.

"Ck, ya emang cuma segitu doang anjing jawabannya," balas Galan berdecak kesal.

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang