PART 22

43 30 0
                                    

⛓️ SISI BELAKANG SI TOMBOY ⛓️
-
-
-

--------

Three Cheng

Fafa lemot
gais, hari ini jadi
kan?

Bu ketos🤩
Jadi Fafa sayang

Fafa lemot
Yey!!

Gak tau nih, bokap gue
kayak tai banget. Masa
iya gak boleh

Tapi lo pada tenang,
gue bakal bujuk
bokap gue

Bu ketos🤩
Yah Liv, giliran gue dah bisa
lo yang gak bisa:(

Eh bangke, gue bilang
kan gue usahain, tenang
aja bestie, tenang

Setelah itu Yoliva menutup ponselnya. Ia memejamkan matanya sejenak. Semenjak ayahnya itu menikah lagi, ia menjadi lebih egois pada Yoliva. Kalau tau begini jadinya, ia tidak akan pernah mengijinkan sang ayah untuk menikah lagi.

Memberanikan diri, dan keluar dari kamar. Terlihat Yuda, ayah Yoliva sedang duduk di ruang tamu sembari bercanda-canda bersama ibu barunya, dan adik tirinya yang masih berusia 10 tahun. Iri rasanya. Saat dulu saja ia tidak bisa sedekat ini dengan sang ayah, dan bahkan sampai saat ini juga. Tapi mengapa orang baru bisa merasakan dengan mudah apa yang ia idam-idamkan sedari dulu.

Yoliva berjalan menghampiri mereka. Yang membuat Yoliva gugup, saat ia datang, mereka berhenti tertawa dan memperhatikan Yoliva dengan lekat.

"Yoliva pengen pergi sama temen." ucap Yoliva to the point. Walau ia sudah tau pasti jawabannya akan tidak. Karena sudah dari jauh-jauh hari ia bertanya dan jawabannya tidak.

"Enggak. Kamu gimana sih, hari ini kita mau pergi sama-sama dan ayah sudah bilang sama kamu dari tiga hari lalu." tolak Yuda.

"Emangnya aku dianggap?"

"Sayang, gak boleh gitu. Kamu anak kita juga." sambar Gania, ibu tiri Yolifa.

"Tau apa kamu tentang aku? Kamu cuma orang baru yang ngerebut ayah dari aku!" tegas Yoliva.

"YOLIVA!" nada Yuda meninggi.

Dengan cepat Gania mencegah Yuda untuk berdiri, dan berusaha menenangkannya. "Mas tenang mas. Gak boleh gitu, dia anak kamu."

Yuda menghela nafasnya berat. "Saya capek dengan kamu. Sebenarnya apa sih yang kamu mau, Liv?"

"Aku mau ngerasain kayak orang-orang baru itu. Bisa deket sama ayah." ucap Yoliva sembari melirik pada Gania dan Hira.

"Dulu, pas mama masih ada, ayah sama sekali gak punya waktu buat kita berdua. Setiap hari kerja terus. Bahkan di hari Sabtu dan minggu. Dan sekarang aku iri banget, sekarang ayah punya banyak waktu gak kayak dulu. Kalau sekarang ayah punya banyak waktu, itu semua terlambat, karena mama udah gak ada. Dan sekarang ayah punya banyak waktu buat orang baru, bukan buat mama dan aku." ucap Yoliva yang berlinang air mata.

"Dan kematian mama. Seolah-olah itu gak pernah terjadi di keluarga kita. Ayah selalu aja mengalihkan pembicaraan kalau sekarang aku bicara tentang mama. Apa ayah secepat itu ngelupain mama? Egois!" ucap terakhir Yoliva karena ia sudah tidak bisa mengatakan sepatah katapun lagi.

AKU, KAMU, & ORGANISASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang