PART 4

182 26 0
                                    

⛓️NGESELIN, TAPI BAIK⛓️
-
-
-

-----------

Kini, Karsa memberhentikan motornya di depan sebuah taman yang tak terlalu ramai. Landra pun turun dengan perlahan dari atas motor Karsa. Dan setelah itu disusul dengan Karsa yang juga turun dari motor. Setelah memarkirkan motornya dengan sempurna, Karsa menuntun Landra untuk menuju kesebuah kursi.

Memang cukup canggu diantara keduanya. Tapi, mau bagaimana lagi, Landra masih perlu bantuan untuk berjalan.

"Sorry gue pegang tangan lo. Tapi gue cuma bantuin lo buat jalan, bukan modus." jelas Karsa.

"Hm." dan Landra hanya menjawabnya dengan deheman.

Tak perlu berjalan begitu jauh, kini keduanya sudah menemukan kursi taman yang kosong. Dan Karsa mempersilahkan Landra untuk duduk terlebih dahulu. Karsa pun membuka sebuah kantung kresek yang berisi obat merah, plester, dan juga beberapa kapas. Tadi ia sempat berhenti di sebuah warung untuk membeli itu semua.

Dan Karsa pun langsung bergegas untuk mengobati luka pada lutut Landra. "Lan, lutut lo taruh di atas paha gue. Mau gue obatin."

"Enggak deh Sa, gue takut, pasti nanti perih." ucap Landra yang takut.

"Gak bakal perih. Emangnya gue sikopat yang bakal ngerobek lutut lo? Enggak kan." yakin Karsa untuk membujuk Landra.

Landra pun meluluh. Ia meluruskan kakinya, dan meletakkan di atas paha Karsa. Ia melihat Karsa sudah ingin mengelap darah yang berada di lututnya. Karsa mengusapnya dengan lembut, dan penuh hati-hati. Setelah darah itu bersih, Karsa langsung meneteskan obat merah pada luka di lutut Landra.

"AAAAA." seketika, telinga Karsa pun langsung terasa pengang, karena teriakan Landra.

Dengan cepat, Landra menarik kakinya, dan mendorong tubuh Karsa kesamping. "Sialan lo, sakit tau!!" omel Landra.

"M-maaf, gue gak sengaja. Tapi luka lo itu harus diobatin, nanti infeksi." maaf Karsa dengan lembut, walaupun dirinya sudah di dorong oleh Landra cukup kencang.

"Tapi perih, gue gak bisa nahan." ucap Landra yang menolak kata-kata dari Karsa.

"Gue janji bakal pelan atau lo boleh pegang pundak gue buat nahan rasa perihnya." tawar Karsa.

Landra pun diam, ia masih sedikit ragu untuk diobati. Karena ia tidak bisa menahan rasa perih yang sangat dahsyat. "Enggak ah, cowok mah omongannya gak bisa dipercaya!" tolak Landra yang malah membahas kearah lain.

"Gue bisa kok dipercaya. Janji."

"Sini kaki lo." Karsa mengambil kaki Landra dengan perlahan, dan di letakan lagi di pahanya.

"Eh." ucap Landra yang sedikit kaget saat Karsa mengambil kakinya tanpa aba-aba.

Lalu, Karsa mengambil obat merah itu lagi. Sedangkan Landra ia fokus melihat ke titik lukanya di lutut, saat Karsa mulai mengambil ancang-ancang untuk meneteskan obat merah tersebut.

"Kalau perih, pegang pundak gue, mau lo mau cakar juga gak papa." ucap Karsa yang sudah siap meneteskan obat merah tersebut.

Landra pun memegang pundak Karsa, lalu memejamkan matanya, menahan rasa perih itu dengan sekuat tenaga, saat Karsa meneteskan obat merah tersebut. Setelah meneteskan obat merah, Karsa menutup luka itu menggunakan kapas yang dibalut plester, agar kapas itu lebih rekat.

AKU, KAMU, & ORGANISASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang