PART 29

56 21 4
                                    

⛓️ PANTAI DAN RAHASIA ⛓️
-
-
-

--------------

Dihari Sabtu, lebih tepatnya pada sore hari, Landra duduk di tepi pantai. Dimana pantai itu menjadi saksi bisu antara kemesraan keduanya. Landra hanya diam menikmati angin yang cukup kencang di pantai itu. Tak kala dari itu, Landra juga menikmati sunset. Yang dimana Karsa menjanjikan akan membawanya ketempat ini lagi, tapi apa boleh buat, takdir berkata lain.

Di pantai ini tentunya Landra sedang menunggu seseorang. Yaitu, Yoliva dan Fafa. Mereka akan berunding dan mengumpulkan beberapa bukti untuk mencari siapa dalang dari semua ini.

Tak lama, mereka berdua datang, dan berpura-pura untuk mengagetkan Landra.
Keduanya saling tatap untuk ancang-ancang mengagetkan Landra.

1....2...3....

"DOR!!" kaget mereka secara bersamaan.

Dan, gagal. Landra hanya menoleh tanpa menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya. Mereka berdua pun langsung duduk di sebelah kanan dan kirinya Landra.

"Ah, gak kaget, harus lo kaget Lan. Biar kita seneng." ucap Fafa.

"Gue lagi gak mau bercanda. Gue lagi gundah, capek. Semuanya campur aduk."

"Kalian keberatan ya, kalo gue ngeluh mulu akhir-akhir ini?"

Yoliva memegang pundak Landra. "Gak. Gue ngerti kok Lan, capek tuh wajar. Dan Lo kalo mau curhat juga itu wajar. Ya karena lo punya kita."

"Dan, gue juga takut. Takut sama keadaan Karsa yang masih belum sadar."

"Lan, lo gak boleh panik dan terlalu mikirin.  Yakin sama gue, Karsa anak yang kuat, pasti dia juga lagi berjuang."

"GUE TAKUT."

"Hst, lo gak boleh mikir kemana-mana."

"Iya, gue gak boleh mikir kemana-mana. Pasti Karsa sadar, pasti. Dia anak kuat."  ia mulai menggelengkan kepalanya sendiri, dan menghapus air mata yang membasahi pipi. Landra lakukan untuk meyakinkan  dirinya sendiri.

"Tapi, kalau gue nangis terus, gue keliatan lemah ya? Atau gue alay?" tanyanya.

"Di setiap fase kehidupan, manusia wajar merasakan apa yang di namakan kesedihan. Kesedihan itu diciptakan untuk mengekpresikan sesuatu untuk seseorang yang kita sayang. Jadi, nangis itu wajar, dan   gak alay." jawab Yoliva.

"Iya, siapa sih yang bilang alay, sini gue gibeng." sambar Fafa.

Landra mencerna kata-kata itu sejenak, lalu mengulum bibirnya sendiri. "Makasih, makasih banyak Liv, Fa." ucap Landra sambil memegang kedua pundak temannya.

"Oke, sekarang hari gue udah lebih tenang. Gue mau bahas pembunuh itu." ucap Landra.

Dengan cepat mereka langsung duduk melingkar, dan mulai bicara dengan serius.

"Jadi, siapa yang mau kita tetapin jadi tersangka pertama?"

"Afga!" jawab Yoliva.

"HEH! GAK USAH ASAL NUDUH!" ngegas Fafa.

"Oh iya, lu pacarnya ya? Eh tapi, kok bisa? Katanya lu mau cerita Fa." ucap Yoliva yang malah fokus pada urusan Fafa itu.

AKU, KAMU, & ORGANISASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang