PART 21

48 30 0
                                    

⛓️PATNER LOMBA⛓️

-
-
-

----------

Saat berjalan di koridor sekolah, lengan Landra di pegang oleh bu Farah yang datang dari arah belakang. Landra pun langsung menolehkan kepalanya.

"Eh ibu. Kirain pacar saya bu, hehe." canda Landra.

Bu Farah menghempaskan telapak tangannya di depan dada. "Kamu tuh. Pacar terus. Saya gak mau ya, gara-gara kamu pacaran, kamu jadi gak fokus urus organisasi ini. Apa lagi kalian berperan penting di osis." peringat Bu Farah.

"Kalau soal itu, aman bu. Kalau si Karsa angajak yang negatif, saya langsung putusin kok Bu." balas Landra.

"Hmm, iya. Oh iya, sampai lupa. Ibu mau kasih tau kamu. Kamu ibu daftarkan lomba debat ketua osis tingkat nasional. Tapi, ini kamu harus mau ya! Sudah ibu daftarkan soalnya." ucap Bu Farah. Ia memberikan informasi agar Landra tidak kaget di h-1 nanti.

"Eum iya Bu. Saya selalu siap." jawab Landra.

"Bagus kalau gitu."

"Dan itu dilakukan ganda ya, Lan."

"Ganda, vu?"

"Iya."

"Yaudah, saya ajak Karsa ya bu?'

"Gak bisa. Pasangannya sudah di tentukan oleh panitia penyelenggara, dan patner kamu dari ketua osis sekolah lagi."

"Agak sulit ya bu, tapi mau gimana lagi. Gak papa." Balas Landra dengan pasrah.

"Dia nanti pulang sekolah datang ke sekolah ini. Kalian berdua akan ada bimbingan nanti setelah pulang sekolah, sama ibu." Bu Farah memberikan informasi.

Landra menggaruk tengkuknya sejenak. "Iya bu." angguk Landra.

"Yasudah, saya mau keruang guru dulu ya."

"Good luck." ucap Bu Farah sembari menepuk pelan pundak Landra. Sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Landra yang masih berdiri di tengah koridor.

DEP

Lagi-lagi, pundak Landra ada yang menepuk. Bukan guru, melainkan Fafa yang berada tepat di belakang tubuh Landra. Dengan segera Landra menolehkan kepalanya.

Menghela nafas lega, sembari menepuk jidatnya. Landra pun lalu berbicara. "Astaghfirullah, Fa. Ah, bikin gue kaget tau gak."

"Kirain gue guru lagi."

"Capek gue kalau tadi itu beneran guru, dan bukan lo."

"M-maaf. Lagian lo udah kayak patung aja berdiri ditengah-tengah, gak bergerak lagi." protes Fafa.

"Gimana gue gak mematung gini. Udah kelas dua belas masih aja di bebanin sekolah. Upss." dengan cepat Landra menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya. Lalu ia melirik kesekitar untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada guru yang melihat.

"Lagian jadi ketos, babu." ceplos Fafa dengan wajah polosnya.

"Sialan lo, Fa." balas Landra dengan sinis.

AKU, KAMU, & ORGANISASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang