Who?

19. Kembali?

.

.

.

Es krim sudah tandas. Kini waktunya berbincang.

Sebagai pembuka, Dongpyo memulai perbincangan dengan menanyakan terkait para pengganggu kemarin. "Ngomong-ngomong anak-anak itu tadi beneran datang ke rumah? Jenguk, sekaligus minta maaf?"

Tanya Dongpyo dijawab anggukan dari Hyungjun.

"Kamu maafin mereka Jun?" Dongpyo lanjut bertanya.

"Ya iyalah. Toh mereka udah dapet hukuman."

Minhee berkomentar, "Entah kenapa rasanya belum puas. Tapi yah, gak mungkin Jun gak maafin mereka, yang ada nanti Jun dianggap orangnya pendendam."

Hyungjun mengangguk, "Makannya Jun maafin mereka aja. Berharap aja mereka gak ganggu kita lagi deh."

Ketiganya mengangguk setuju. Berharap anak-anak bermasalah itu benar-benar jera untuk kali ini.

"Jun, diary mu..."

Hyungjun menoleh pada Minhee. "Bener-bener rusak."

Minhee meringis. Dia tak tega melihat Hyungjun yang berusaha keras memperlihatkan kalau dia baik-baik saja.

"Pyo penasaran Jun. Diary itu berharga banget? Bukan gimana-gimana, Pyo lihat Jun bawa diary itu kemanapun."

Hyungjun tersenyum tipis. Dia menarik nafas perlahan, "Yah memang."

Minhee dan Dongpyo diam. Menunggu apakah Hyungjun akan mengatakan sesuatu lagi.

"Kalian tahu gak, Jun khusus ngasih nama untuk diary itu loh."

Dongpyo memiringkan kepalanya, "Nama? Serius?!"

Hyungjun mengangguk sekali, "Yup, namanya Ahn Seongmin. Nama yang bagus kan?"

Dongpyo merespon dengan menggelengkan kepala heran. Sedangkan Minhee yang memang sudah tahu, hanya diam saja.

"Diary kok kamu kasih nama kaya nama manusia Jun? Pake marga segala."

Hyungjun terkekeh. "Soalnya, diary itu tempat curhatnya Jun. Buat Jun, diary itu, yang udah dengerin banyak curhatan Jun, dah kaya Minhee dan Dongpyo, temen–ah bukan, tapi sahabat Jun. Makannya dikasih nama kaya manusia."

Minhee dan Dongpyo tidak menanggapi.

"Buat Jun, Seongmin itu udah kaya Hyungjun, tapi versi yang lebih kuat dan pemberani. Bahkan, kadang Jun berharap kalau Seongmin itu bener-bener nyata."