Seharian ini langit tampak abu-abu, senada dengan suasana batin Arane yang masih kacau karena ulah sang mama. Rasa-rasanya malas sekali beranjak dari kasur lalu beraktivitas mengelola warung dan melayani para penyintas lapar. Inginnya berbaring seharian di kasur dan menjelajah jagat maya atau sekedar maraton drama. Tapi, tidak bisa.
"Kita tutup awal gimana?" Arane meminta pendapat.
"Kamu gak enak badan?" Mafrur malah menanya balik alih-alih menjawab.
"Enggak, tapi cuma pingin rehat aja." ungkapnya tampak lesu.
"Ya udah, Kamu pulang aja duluan. Warung biar Aku yang pegang." saran Mafrur.
Arane menggeleng, "Lagi minggu UTS, warung pasti bakal rame ketimbang biasanya. Apalagi Renjana juga gak bisa bantuin." ujarnya memberi alasan.
Mafrur mengangguk, hanya bisa mengiyakan tanpa berargumen lagi.
Detik demi detik bergulir, berduyun-duyun para penyitas lapar yang baru selesai atau akan melaksanakan ujian mendatangi warung Arane. Gelombang pesanan tak terbendung, mereka ekstra bekerja cepat dan tepat.
"Atas nama Bintang?" Nurin memanggil nama pemesan.
Salah satu penghuni meja mengangkat tangan, Nurin menghampiri lalu menyajikan pesanan mereka.
"Mbak, biar Aku yang nganter." Renjana tiba ingin mengambil alih nampan berisi minuman yang akan Nurin antar.
"Loh, udah selesai UTS-nya?" Nurin agak kaget dengan kedatangan Renjana. Pantas saja tadi sempat ada pekikan tertahan para mahasiswa perempuan di meja dekat kasir. Ternyata si aset berharga datang.
Menampilkan senyuman manis, Renjana berlalu mengantar pesanan yang ditunggu-tunggu.
"Es teh tiga, goodnight dingin satu, es jeruk satu." sebut Renjana saat menghidangkan.
"Terima sayang-eh, terima kasih maksudnya." canda salah satu penghuni meja menggoda Renjana.
"Kamu bisa saja." balas ramah Renjana sambil mengangguk sebelum kembali.
"Omejiii ... mimpi apa Aku semalem? Bisa dinotice Mas ganteng." pekik kegirangan mahasiswa perempuan itu bersama teman-temannya.
Renjana geleng-geleng kepala tetap mempertahankan senyuman lebar nan manisnya. Membuat orang bahagia sesederhana itu, ya?
Semakin menginjak sore langit kian menggelap disusul rinai-rinai berjatuhan. Para manusia yang tengah beraktivitas di luar segera mencari tempat teduh.
"Yah, padahal mau pulang..." ucap Renjana ketika akan menerobos gerimis namun urung karena berubah lebat dan disertai kilatan petir.
"Motormu di kampus?" Arane yang juga akan pulang menyaut.
Si aset berharga menggeleng sambil menjawab, "Aku nebeng temen, males cari parkiran."
Arane berdecak, "Demo sana ke rektor minta tambahan fasilitas parkir. Kampus swasta terbaik masak parkiran minim." cibirnya.
"Males, Mbak. Entar mau lulus dipersulit." ujar Renjana.
Arane hanya bisa mendecih, mengata-ngatai kampus di sebelahnya dalam batin tentu saja.
"Ya udah, Kamu bareng Aku aja." Arane menawarkan solusi.
"Emang rumahmu searah sama rumahku, Mbak?" Renjana tampak mempertimbangkan, pasalnya selama ini ia tidak tahu di mana sang bos tinggal. Akan sangat sungkan bila ternyata rumah Arane jauh atau bahkan berlawanan arah.
"Gak usah banyak nanya, ayo!" ajaknya tanpa memberi penjelasan.
Renjana bimbang, namun rezeki tidak baik ditolak bukan? Ia pun segera menyusul Arane yang kini sudah masuk ke mobil. Lokasi Arane memarkirkan mobil memang tidak jauh, cukup lima langkah dari teras warung.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDANGANPHOBIA [TAMAT]
RomanceKesal lantaran sang anak selalu mengacaukan rencana perjodohan yang ia siapkan, Reny nekat membuat undangan atas nama Arane sang anak. Bermula dari sana, semesta mempertemukan Arane dengan Pandega yang amat sangat membenci orang seperti Arane karena...