"Anda lihat ini?" seorang ahli ortopedi menunjuk gambar hasil rotgen pada layar komputer yang dilakukan Arane. Saat mendapat jahitan pada lengan bawah kanannya ia mengeluh nyeri, dan dokter bagian jaga UGD menyarankannya untuk pemeriksaan lanjut.
"Hairline fracture." lirih Arane begitu hasil rotgen di bagian lengannya diperbesar dan tampak retakan tipis menyerupai garis rambut.
Dokter yang berfokus pada bagian sistem muskuloskeletal itu mengangguk, kemudian menambahkan, "Trauma atau cidera yang Anda dapatkan saat jatuh membuat tulang hasta Anda mengalami patah tulang tidak lengkap. Tapi tidak perlu khawatir, secara umum hasil rotgennya berada dalam batas normal kecuali pada os ulnanya saja. Dengan perawatan baik dan menjaga tangan Anda dari aktivitas yang berat pasti akan pulih lebih cepat."
"Iya, dok. Badan saya yang besar ini memberikan gaya yang besar juga saat jatuh."
Si dokter cukup senior itu pun tergelak dengan tanggapan Arane. Melakukan perpincangan singkat beberapa saat, Arane sadar diri harus pamit. Masih ada pasien lain yang antre dan urusannya belum selesai.
"Mbak Arane!"
Arane menaikkan pandangan begitu namanya dipanggil oleh seseorang dari bangsal darurat.
"Mbak Arane terima kasih, terima kasih banyak telah menolong putri Saya, hiks..." sambil sesenggukan si pemanggil mendekati ia lebih dulu dan menjabat tangan kirinya erat.
Arane memandang Pandega yang masih bersedia di sini meminta secercah penjelasan.
"Dia menantu Saya, Mbak. Ibunya cucu Saya yang Anda tolong." justru si nenek yang memberi jawaban untuknya.
Arane mengangguk paham, ia segera mengukir senyuman lebar untuk ibu si anak kecil.
"Saya senang anak Anda baik-baik saja." balas Arane tulus dan hangat. Ia tidak tahu saja ada pihak yang diam-diam memujinya dalam ketidaksadaran.
Ibu si anak kecil itu menangis haru meluapkan rasa syukurnya, membawa Arane ikut merasakan keharuan tersebut. Entah kenapa terselip rasa sedih di hati kecilnya.
Anak itu jauh lebih beruntung dariku, batin Arane sambil memandang si anak kecil yang sedang terlelap setelah melewati kejadian mengerikan tadi.
"Kami akan mengurus permasalahan tadi dan kalian bisa pulang beristirahat." pesan Pandega sebelum pamit pergi.
"Tapi, Mas-"
"Hira butuh pendampinganmu." cegah Pandega.
"Kami pastikan semuanya selesai dengan baik, Anda tidak perlu khawatir."
Setelah meyakinkan kelurga itu, Pandega dan Arane pun berangkat menuju kantor polsek setempat.
...
"Kamu tidak melawan pemotor tadi, padahal biasanya..." Pandega membelah keheningan selama perjalanan.
"Ada anak kecil. Lagi pula, senjata andalanku gak bisa digunain." Arane yang sejak tadi banyak diam menekuni pemendangan di balik kaca samping duduknya pun menoleh. Menunjukkan tangan kanannya yang kini digips dan digendong menggunakan sling khusus. Senyuman tipis ia tambahkan.
"Kamu sendiri, kenapa mau ikut andil?" tanyanya ganti membuat Pandega tertohok telak.
Karena Aku merasa bersalah padamu!
Pandega teringat doa buruk yang ia panjatkan belum lama ini. Dan, ia tidak mengira Tuhan akan mengabulkannya.
"Ibunya Hira adalah pegawaiku." lain di hati lain di bibir, tapi jawaban tersebut cukup membuat Arane paham sejelas-jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDANGANPHOBIA [TAMAT]
RomanceKesal lantaran sang anak selalu mengacaukan rencana perjodohan yang ia siapkan, Reny nekat membuat undangan atas nama Arane sang anak. Bermula dari sana, semesta mempertemukan Arane dengan Pandega yang amat sangat membenci orang seperti Arane karena...