Assalamualaikum temen-temen, jangan lupa vote untuk bantu aku lebih semangat nulisnya, ya! Terimakasih.
PRANG!!!!
Pas bunga yang berada di atas meja makan serta piring-piring yang masih tersusun rapih jatuh bersamaan ketika pria paruh baya itu melayangkan tangannya kesal, mukanya merah, emosinya yang tak dapat terkontrol membuat semua orang diruangan tersebut ketakutan.
"UDAH AYAH BILANG, PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA. DAN AYAH ATAU BUNDA GAK PERNAH IZININ KAMU PACARAN!" Bentak sang Ayah, menatap lekat wajah anak gadis miliknya yang duduk tepat didepannya dengan tatapan kosong serta tubuh yang gemetaran.
Ia tahu, akan seperti ini jadinya jika dirinya jujur terhadap hubungan yang kini tengah dijalaninya. Tak jujur pun, pasti suatu saat hal yang ditutupinya akan terbuka.
Sang Ayah pasti lebih marah, jika dia mengetahui hubungan anak sematawayangnya, Ashana Kalingga, dari orang lain.
Jadi Ashana setelah berpikir keras kemarin malam memutuskan untuk jujur saja, daripada harus mendapatkan lebih banyak kemarahan dari sang Ayah karena telah mengingkari janjinya untuk tidak berhubungan apalagi berpacaran dengan lawan jenis sebelum memang waktunya diizinkan.
Gadis bernama Ashana, yang kerap dipanggil Asha itu tahu betul bahwa dirinya salah. Tak bisa menjaga perjanjian yang telah ia buat dengan keluarganya dengan baik. Namun perasaan tak bisa di kontrol, dia jatuh cinta pada sosok laki-laki yang sudah dari lama mengejarnya, lalu berpacaran dengan melupakan perjanjian yang jelas-jelas sudah disetujui kedua belah pihak.
Ayah dan Bundanya tentu kecewa ketika mendengar pernyataan dari Asha. Mereka tak pernah menyangka Asha akan seberani ini untuk mengingkari janjinya.
"Gapapa, yang penting Asha sudah jujur." Tutur Maryam, sang Bunda.
"Iya gapapa menurut kamu! Aku yang gak rela anak gadis ku itu sudah di pegang-pegang oleh laki-laki yang jelas bukan mahramnya!"
"Iya-iya sayang, aku paham juga. Tapi Asha pasti gak sadar, dia khilaf.. kasian anaknya baru ngumpulin nyali untuk cerita sama kita, malah kamu bentak.. tenang dulu ya?"
Bunda memang penenang di seluruh keadaan, Ayah tak pernah tak luluh jika itu adalah Bunda Si Penenang yang Tak Pernah Terkalahkan.
"Cerita sama Ayah. Kapan kamu pacaran sama dia?"
Asha awalnya ragu untuk cerita lebih dalam, karena memang terlalu banyak janji yang dia pungkiri. Berbohong pun akhirnya akan sama-sama saja. Ayahnya tak pernah bisa dibohongi, jika bisa, pada akhirnya pasti akan terbongkar.
"Aku pacaran sama dia baru 2 bulan."
"Lalu?"
"Aku pacaran sama dia, cuma ngobrol-ngobrol di kantin, habis itu diantar pulang sampai depan komplek. Selebihnya gak pernah main keluar selain disekolah, karena dia tahu Ayah gak pernah izinin aku main, kalau bukan rame-rame."
"Lantas kalau rame-rame? Kamu jadiin itu sebuah alas kamu untuk bermesraan dengan dia selain di sekolah?"
Asha menggelengkan kepalanya. Tak pernah separah itu. Walau Asha pernah pulang telat karena makan disalah satu cafe terdekat terlebih dahulu saat pertama kali baru berpacaran.
"Bangga bohong dari Ayah sama Bunda?"
"Aku gak pernah punya niatan buat ingkarin janji atau bohong."
"Kamu pikir saat ini kamu gak ingkar janji serta bohong?"
"Aku berusaha jujur."
"Mulai hari ini, putus sama dia. Istighfar kamu, boncengan sama yang bukan mahram."
"Yah? Ayah pikir gampang mutusin hubungan sama orang yang kita cintai?"
"Kamu bukan mencintai, tapi itu hasutan setan!"
Semuanya percuma. Asha tak mau memperpanjang pembicaraan mereka karena di topik apapun, Asha pasti kalah dengan pengetahuan Ayahnya yang lebih luas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Teen FictionSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...