Sejuknya angin malam menghanyutkan pikiran Rakha bersama dengan langit berwarna biru tua yang terlihat begitu indah dan menarik perhatian untuk dipandang lama, menghembus bersama angin, rasanya semua masalah yang tengah ia tanggung hilang beberapa dari pundaknya.
Rasanya hanya ada selalu bersalah ketika melihat sosok Asha dalam bayangan Rakha setiap kali ia melamun. Egois, padahal dia juga menyakiti hati Zaylee.
"Rak! Gue bawa kopi. Lo mau?" Ujar seseorang yang tiba-tiba berdiri dibelakang Rakha. Membawa dua gelas kopi ditangannya sembari tersenyum manis.
Ah tidak, tidak tiba-tiba. Mereka memang sedang mencari angin diluar bersama.
Dia Zaylee. Gadis cantik yang selalu berada disisi Rakha ketika ia sedang larut dalam kesedihan walau tahu Rakha adalah kekasih dari sahabatnya. Zaylee hanya merasa tak adil, dia yang jatuh cinta, namun mengapa Asha yang malah mendapatkan sang cintanya.
Tapi apalah daya, Asha juga kini jatuh cinta. Bukan salah Rakha, ini hanya salah mereka berdua yang jatuh cinta bersamaan dan lebih parahnya di satu orang yang sama.
Zaylee tahu, dia seharusnya sadar diri karena Asha lah pemenangnya. Tapi sikap Rakha mengatakan hal lain. Bahwa Zaylee, masih mempunyai ruang dalam hatinya, dan akan selalu seperti itu walau ruangan hati Rakha sepenuhnya sudah diisi oleh Asha. Dia dengan egois menyisakannya sedikit untuk Zaylee.
Disitu, Rakha juga salah.
"Iya, makasih!"
"Lo galau kenapa sih? Bukannya Abbas dirumah Asha cuma numpang doang? Yakali punya hubungan." Ujar Zaylee, berusaha untuk membuat Rakha melupakan masalah satu itu sejenak.
"Gak.. bukan itu. Gue cuma ngerasa bersalah aja sama dia."
"Bersalah karena cinta dua orang dalam satu waktu? Kayak yang dari dulu bisa ngerasa bersalah aja lo. Gue sebagai korban, gak pernah tuh lo ngerasa bersalah ke gue."
"Lo kan bukan pacar gue, disini yang pacar gue itu Asha. Bayangin sesakit apa dia kalau tahu gue yang sebenarnya."
"Gue juga sakit." Lirih Zaylee.
"Gue tahu. Maaf."
"Yaudah, tinggal gitu juga ke Asha, minta maaf!"
"Gue gak mau kehilangan dia.."
Zaylee mengalihkan pandangannya, ia menatap langit malam dengan sendu. Lantas jika Rakha tak ingin kehilangan Asha, apa laki-laki itu juga tak mau kehilangan Zaylee? Ternyata Rakha memang benar-benar egois.
"Lo harus bisa pilih, Rak."
"Iya."
Bintang pun tahu, bahwa terlihat sorot pancaran mata binar cinta dari Rakha ketika menatap Zaylee. Namun hatinya hanya penuh dengan Asha, selalu Asha. Semuanya tak adil, Rakha hanya ingin dimengerti dan tak mau mengerti. Dia tak ingin kehilangan tapi mengkhianati. Lantas Rakha sangat pantas mendapatkan apapun perlakuan atas kesalahannya kelak.
Cinta kadang memang menuntun kita untuk merasakan rasanya dicintai, apalagi untuk sosok gadis seperti Asha yang kekurangan kasih sayang dari keluarganya. Tapi jika jatuh cinta pertamanya malah seperti ini, lalu kapan Asha akan benar-benar bisa dicintai tanpa akhir atau pengkhianatan.
Gadis itu tak tahu. Ia hanya tahu ada seseorang yang sedang mencintainya walau pada aslinya orang itu juga mencintai orang lain.
***
"Morning! Maaf ya jadi jemput disini. Abbas gak ngizinin kamu kerumah.." ujar Asha.
Rakha tersenyum mengerti. Dia membawa helm khusus Asha yang berwarna lilac sesuai dengan warna kesukaan Asha sendiri, lalu memasangkannya dengan perlahan.
"Siap? Ayo berangkat!"
Asha mengangguk gembira. Tak ada pagi seindah pagi dimana hari ia dijemput oleh Rakha untuk saat ini ketimbang duduk dimeja makan besar sendirian, ya walau saat ini ada Abbas di sudut meja terjauh.
Mereka berdua menikmati perjalanan serunya selama menuju ke sekolah sebelum masuk kelas dengan disambut pelajaran matematika tiga jam. Asha hanya akan pasrah dalam tiga jam itu sambil menunggu jam istirahat untuk kembali menemui sang kekasih.
Asha dan Zaylee masih bertengkar, mereka bahkan tak bertegur sapa semenjak hari itu. Selalu saja sibuk dengan dunianya masing-masing.
"Sha, kenapa gak duduk sama Zaylee. Tumben amat?" Sahut Raga, salah satu teman sekelas Asha ketika semua orang membereskan bukunya untuk pergi istirahat.
"Oh enggak, nyoba aja pisah dulu." Jawab Asha kikuk.
"Kirain gue lagi ada masalah!"
"Gak.. yaudah ya, Ga. Gue ke kantin dulu, ditungguin Rakha!"
"Cielah pacaran mulu, kayak yang direstuin aja." Ejek Raga, ia tahu dari Kevin sahabat Rakha.
Asha memasang muka masamnya, ia paling tak suka ada yang membahas soal restu dalam hubungannya dengan Rakha. Semua orang tahu mereka berdua tak diberi restu, tapi bisakah diam saja, biar menjadi urusan yang menjalin, orang-orang memang terlalu sibuk mengurus urusan orang lain dan lupa akan urusannya sendiri.
Selangkah, dua langkah, Asha merasa gembira kembali.
"Sha! Ada titipan buat lo!" Sahut seseorang.
Membuat langkah Asha terhenti, lalu memutar badannya balik untuk mengambil barang yang dijulurkan kepadanya.
Sembari terheran, Asha melanjutkan jalannya sembari memandangi kotak yang baru saja ia terima. Ah itu kotak bekal, Asha baru menyadarinya serta menemukan sticky note berwarna pink bertulisan
'Dimakan, biar sehat.'
- Abbas; lupa masak tadi pagi.
bibir Asha tertarik sempurna ke sebelah arah, wajah penjulidnya keluar ketika saat seperti ini. Dalam hati, Asha bertanya-tanya mengapa Abbas terlalu taat pada peraturan yang ia buat sendiri. Padahalkan bisa ia langgar kapan pun jika mau.
"Alay." Cibir Asha menatap kotak yang tengah ia pegang.
Sesampainya menemui Rakha, mereka berdua memesan makan untuk istirahat kali ini. Asha tak membuka bekal yang diberikan Abbas. Ia malas untuk adu mulut dengan Rakha jika laki-laki itu tahu Abbas mengiriminya kotak bekal. Akan menjadi rumit masalahnya.
"Kenapa? Kok gak dihabisin?" Tanya Rakha, diakhir makan mereka.
"Aku punya bekel dikelas, jadi niatannya mau makan itu juga entar. Jadi ini gak habis supaya gak terlalu kenyang!" Jawab Asha mencari alasan supaya ia bisa mencicipi bekal dari Abbas nanti.
"Diet?" Tanya Rakha.
"Bukan, aku udah kurus gini.. cuma sayang aja bekelnya dikelas kalau gak aku makan."
"Yaudah.." ucap Rakha, lengannya menggapai selembar tisu lalu mengelapnya lembut diarea bibir Asha yang penuh dengan noda sehabis makan.
Hatinya berdegup kencang, Asha paling tak bisa diperlakukan seperti ini oleh Rakha. Love language nya langsung terserang tanpa aba-aba.
"Kebiasaan, kalau makan belepotan gini kamu.."
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Teen FictionSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...