Pada petang hari, dihari ulang tahun Asha. Gadis itu sendirian dikamar berukuran sedang miliknya dilantai atas. Sedangkan Abbas berada dirumah orangtuanya saat itu. Katanya, Abi-nya memanggil Abbas pulang terlebih dahulu karena ada urusan mendadak dan Asha pun tak keberatan ditinggal sendirian.
Ia keasikan membaca seluruh teks ucapan selamat ulang tahun dari beberapa teman, dan kenalannya di sosial media. Ada juga teks dari para fans baru Abbas, yang menanyakan suprise yang Asha terima tengah malam tadi, adalah dari Abbas yang tampan itu atau bukan. Bahkan para pengikut Instagram Asha juga beberapa kali menggoda Asha dengan bertanya-tanya, sebenarnya apasih hubungan antara Abbas dan Asha. Tak sedikit juga yang bersikeras percaya bahwa Asha dan Abbas sudah bertunangan tanpa bukti apapun yang mereka miliki namun mereka sangat yakin.
Setelah membaca hampir setengah ucapan, Asha menemukan akun Instagram dengan username @Zaylee.ant yang tak lain adalah Zaylee sahabatnya 'mungkin' juga sudah bukan sahabatnya. Asha membuka pesan dari akun tersebut, isinya adalah teks yang panjang. Disitu juga Zaylee meminta maaf karena sikapnya belakangan ini. Diakhir teks, Zaylee meminta Asha makan malam dengannya malam ini untuk memberikan kado yang sudah ia siapkan.
Malam itu, Asha mendatangi sahabatnya yang selama ini entah kemana. Rasanya campur aduk, antara senang dan gelisah. Asha senang karena akhirnya Zaylee mempunyai niatan baik untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi Asha juga tak mau berekspektasi lebih.
"Sha... selamat ulangtahun. Maafin gue ya!" Ucap Zaylee, saat mereka pertama kali bertemu disebuah tempat. Terlihat disitu Zaylee membawa sebuah kue kecil yang bertuliskan nama Asha.
"Iyaa, makasih ya udah inget!"
"Oh iya, Rakha ada ngucapin?" Tanya Zaylee, tanpa basa-basi.
"Nggak." Jawab Asha, yang entah kenapa menjadi kehilangan semangatnya setelah mendengar nama Rakha.
"Kenapa? Ah dia gak online sosmed udah satu minggu penuh sih." Ujar Zaylee.
"Gue kira sama lo aktif-aktif aja." Jawab Asha.
"Berarti kalian gak ketemu atau kontekan selama satu minggu penuh dong?" Tanya Zaylee kembali.
"Lebih, Zay. Mungkin udah satu bulan?"
Zaylee terdiam. Ia tak tahu soal ini. Padahal Rakha sehat-sehat saja dirumah, ia sering berkunjung ke rumah Rakha karena Ratih menyuruhnya datang setiap akhir pekan. Tapi ternyata hilang kontak dengan Ashana? Apa jangan-jangan sebenarnya mereka berdua sudah putus?
"Udah putus?"
"Nggak. Tapi kalau ketemu, gue bakalan minta putus. Ah, atau kalau lo ketemu dia bisa tolong sampaiin ya?" Pinta Asha.
Obrolan mereka berdua sangat canggung, dan faktanya Zaylee masih saja terlihat sangat menyukai Rakha. Hingga baru lima belas menit mereka duduk, Asha sudah tak nyaman dan pamit pergi dengan alasan Abbas sudah menjemput didepan. Padahal Asha sendiri yang meminta lelaki itu segera cepat-cepat menjemput dirinya.
Dengan membawa satu kantung kue kecil, Asha memasuki mobil milik Abbas dan bergegas untuk pulang.
Dan Abbas entah kenapa sejak pulang dari rumah orangtuanya mendadak jadi pendiam, tidak tahu apa yang sedang terjadi namun Asha tak berani ikut campur atau hanya sekedar bertanya.
"Boleh saya makan, Sha, kue nya?" Izin Abbas, ketika Asha meletakkan kue tersebut dimeja dapur.
"Boleh. Makan aja!"
Abbas membawa pisau kue, dan segera duduk dimeja makan untuk meredakan kekesalannya dengan makan kue yang terlihat begitu manis didepannya. Ya, itu memang salah satu kebiasaan Abbas ketika sedang kehilangan semangatnya.
Ia tahu bahwa sikapnya yang mendadak diam pasti membuat Asha tak nyaman, tapi ternyata susah juga menceritakan hal yang membuat resah diri kita kepada orang lain yang membuat kita resah. Tolong dipahami ya.
Sebenarnya tadi. Firdan membahas soal Ayman yang lusa nanti akan pulang. Entah kenapa pembahasan tadi membuat Abbas ditekan untuk segera pergi dari kediaman Asha. Itu memang rencana awalnya dan Abbas juga sudah setuju. Tapi Abbas merasakan ketidak ikhlasan yang tiba-tiba hadir saat keadaan menyuruh Abbas untuk kembali jauh dari Asha secepatnya ini seperti dahulu karena jelas Ayman tidak akan memberikan anak gadisnya secepat ini walau waktu yang dijanjikan pun perlahan sudah mau habis.
"Sha, kita besok ke panti ya? Lusa nanti saya udah gak disini."
Pandangan Asha yang sedang asik menonton siaran televisi, langsung teralihkan ke sosok pria bertubuh tinggi di dapur yang sedang asik memakan kue. Apa katanya barusan? Mengapa sangat tiba-tiba.
"Kok cepet amat?"
"Orangtua kamu pulang loh, lusa."
"Yah. Kita bisa nikah aja gak sih?" Sahut Asha, yang sepertinya setengah becanda. Ia tak menangkap berita orangtuanya yang akan pulang besok, dan malah langsung sedih bahwa kenyataannya hanya besok waktu terakhir yang mereka miliki.
Abbas sempat terdiam sejenak.
"Becanda." Lanjut Asha, membuat napas Abbas lagi-lagi sempat terhenti kemudian kembali berhembus tenang.
"Saya kan mau keluar kota. Doain lancar-lancar aja ya, dan habis dari sana semoga saya sukses ya, Sha."
"Aamiin.. jaga diri ya kak!" Abbas mengangguk mengiyakan dari kejauhan.
***
Sesuai janji mereka berdua sedang bersiap-siap untuk pergi ke panti asuhan dengan beberapa bawaannya untuk dibagikan pada anak-anak disana.
Mereka menghabiskan perjalanan yang selama dua jam, dengan mengobrol beberapa topik ringan. Asha terus-menerus membahas seperti apa nanti kondisinya jika Abbas sudah tak disini lagi. Sesekali juga ia bergurau mengajak Abbas menikah yang kesannya terdengar serius.
Lalu saat sampai di Panti Asuhan, Asha terlihat sangat bahagia ketika ia bermain dengan anak-anak, Abbas hanya memperhatikannya dan sesekali ikut bermain jika mereka tiba-tiba menarik tangan Abbas untuk bergabung bersama. Melihat senyum Asha yang selebar itu dihari terakhir ini, sepertinya adalah hadiah perpisahan yang manis. Tapi tetap saja, tak ada perpisahan yang manis, hanya ada rasa pahit yang harus kita paksakan untuk terlihat manis.
"Sha, udah capek?" Ujar Abbas, melihat Asha yang terduduk dengan keringat yang membasahi keningnya.
"Cuma lari.. gini doang. Iya sih capek!"
"Mau pulang kapan?" Tanya Abbas.
"Ayo sekarang!" Ajak Asha. "Kak, by the way.. gue udah mutusin buat udahan sama Rakha. Dan gue juga nyampaiin ke Zaylee, kalau dia ketemu Rakha, bilangin gue minta putus secara sepihak dan gak ada penolakan. Sekalinya nolak gue gak peduli!" Tegas Asha.
"Keputusan yang kamu buat kapan, Sha?"
"Pas gue ulang tahun."
"Dapat hidayah?"
"Nyatanya, gue masih manusia dan baik-baik aja selama gak ada dia. Apa karena ada lo ya, kak?" Ucap Asha, sedikit kebingungan.
"Hahaha, kok jadi saya. Mungkin udah saatnya aja. Nanti kalau kamu masih butuh saya walau saya udah gak disini, jangan sungkan buat minta bantuan, ya?"
"Siap.. nanti jangan sampai putus komunikasi juga ya kak, kabarin kondisi disana, orang-orang disana, pokoknya cerita banyak hal ya?" Pinta Asha, menatap nanar wajah Abbas yang sama sekali tak pernah menatap dalam wajah Asha selama ini.
Tapi jujur, Abbas yang selalu melihat kearah lain walau sesekali memfokuskan pandangannya saat serius, terlihat sangat tampan hanya dari sisi wajahnya saja. Asha bisa menatap Abbas dengan puas tanpa merasa malu. Namun satu sisi, Abbas yang tak pernah bisa menatap Asha balik merasa sedikit tidak adil.
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Fiksi RemajaSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...