16 | AS

102 9 0
                                    

Jika kemarin dipenuhi dengan pertengkaran antara Asha dan Rakha, mungkin hari ini menjadi hari dimana Asha dan Rakha memiliki hubungan yang sedang baik-baik saja dan terbilang romantis. Begitulah rotasi hidup, kadang diatas kadang dibawah. Kita tak pernah bisa mengatur waktu untuk berbahagia, salah satu kunci menerima kenyataan bahwa sedang ada dalam masa bahagia atau tak bahagia itu adalah tamu tak diundang, adalah dengan ikhlas.

"Kamu lebih suka rasa strawberry? Menurut aku lebih enak coklat sih!"

"Tapi tekstur yang strawberry lebih lembut, terus gak terlalu strong juga rasanya. Yang coklat kemanisan, aku gak suka, liat kamu aja udah diabetes." Rayu Rakha.

"Hahaha, basi! Aku emang manis dari lahir. Sampai-sampai gula dirumah itu suka insecure karena semutnya malah mengerumuni aku!"

"Kamu cantik, gak heran semut suka sama kamu daripada gula!"

"Udah, ayo pulang Rakh. Abbas pasti khawatir!"

"Abbas mulu dari awal ketemu, kamu mulai nyaman ya tinggal sama dia?" Tanya Rakha.

"Mau gimana lagi, hidup aku sekarang bergantung ke dia!"

Rakha diam. Ya sudahlah, dia akan mengantar Asha sekarang. Lalu bergegas menuju rumah Zaylee untuk mengerjakan beberapa proyeknya yang sedang tertunda, karena waktunya dibagi.

Jika dibilang cemburu ketika Asha membicarakan Abbas, tentu saja Rakha cemburu berat. Namun Rakha juga sadar ia telah membuat Asha juga cemburu karena selalu saja tak sengaja membicarakan Zaylee. Jadi menurut Rakha, mereka berdua sama saja walau saling merayu-rayu layaknya sepasang kekasih selama berkencan barusan.

Rasanya hanya sebuah film yang aktornya sangat terkenal dengan wajah duanya.

"Rak, kamu belakangan lagi deket sama Zaylee?"

"Iya, Mamah aku lagi buka bisnis toko kue, kebetulan Zaylee jago bikin kue, kan. Jadi kita minta bantuan dia!" Cerita Rakha.

Asha awalnya tertegun mendengar cerita tersebut, mengapa Zaylee? Bukankah yang pacar Rakha disini itu Asha? Toh Zaylee bisa membuat kue saja berkat Asha yang berbaik hati berbagi ilmu dulu.

"Kamu tahu dari mana Zaylee bisa bikin kue?" Tanya Asha memastikan.

"Story instagram dia kan masak kue terus, Mamah aku kebetulan dari lama udah saling follow sama Zaylee!"

"Oh, Mamah kamu gak tahu aku bisa bikin kue juga ya?" Tanya Asha kembali, dengan suara getir.

"Loh? Aku juga gak tahu, Sha. Kenapa kamu baru cerita? Kalau gitu dari awal aku minta bantuan kamu aja!" Ujar Rakha, seperti tanpa dosa berlagak tak tahu Asha tidak bisa membuat kue padahal instagramnya penuh dengan foto masakan-masakan random.

"Gapapa, sama Zaylee aja. Aku sibuk soalnya!" Pangkas Asha.

"Yaudah!"

Percakapan mereka hanya sampai disitu. Asha turun dari mobil Rakha dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Ternyata selama ini laki-laki yang dicintainya malah lebih tahu seperti apa sahabat pacarnya daripada pacarnya sendiri.

Puncak komedi dunia. Sebenarnya Asha juga sudah tahu akan seperti ini terkadang. Namun tak tahu akan seperti ini rasa sakitnya. Terlebih ternyata Ibu dari Rakha lebih menyukai Zaylee, sepertinya.

Rasanya untuk mempercayai Rakha perlahan mulai berkurang seiring berjalannya waktu. Asha tahu, semuanya tak akan selalu indah. Ia hanya baru mengetahui fakta tentang rasa sakit mendalam ketika dipatahkan oleh hal yang pada mulanya sangat kita percayai.

***

Dalam rumah tanpa adanya tanda-tanda sebuah kehidupan, jelas pikiran Asha tidak bisa lepas dari percakapannya dengan Rakha tadi. Entah kenapa, rasanya dia sangat tertarik menyaingi Zaylee. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya lebih baik dan lebih bisa mengelola sesuatu dibandingkan sahabatnya itu.

"Kak, mau buka bisnis?"

"Kenapa?"

"Nggak! Pengen aja buka toko kue lucu gitu." Ujar Asha, yang masih saja terbawa suasana dimana Rakha mengatakan bahwa Zaylee membantu toko kue keluarganya.

Sebenarnya ide ini hanya untuk membuktikan bahwa Asha tak selemah Zaylee, ia juga bisa membuka usaha kue sendiri tanpa ajakan dari Ibu Rakha dengan mengajak Abbas.

"Yaudah kalau gamau, ajak Raga aja!"

"Siapa lagi itu? Maksud saya, kamu mau buka bisnis kue tujuannya untuk apa? Kenapa gak fokus belajar aja dulu. Terus kan kue kamu enak-enak, nanti kalau kebanyakan orderan emang sanggup?"

"Bisa aja! Bikinan gue emang gak ada yang gak enak.."

"Mulai.." gumam Abbas sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya buat mengisi waktu luang aja gitu, boleh ya boleh ya, terus bantuin sama kakak.. ya?" Pinta Asha dengan wajahnya yang dibuat-buat imut walau Abbas sama sekali tak memandangnya.

Justru itu, kalau dipandang mana sudi Asha bermuka seperti itu didepan Abbas.

"Ayo, tapi saya gak bisa bantu lebih ya? Saya lagi sidang." Jawab Abbas yang disahuti teriakan gembira oleh Asha.

Gadis aneh, Abbas sampai terkejut memegangi gelas kopinya yang hampir terjatuh akibat terkejut dengan situasi baru cukup menyenangkan ini. Satu persatu momen-momen bersama Asha yang jelas baru saja hadir dalam hidup memberikan warna pada kehidupan hitam putih Abbas yang hampir selalu diselimuti rasa bersalah.

"Modalin ya, kak?" Pinta Asha, kembali.

"Iya, nanti saya kasih!"

Sungguh, hati Asha benar-benar senang mendapatkan persetujuan dari Abbas. Rasanya dunia mengizinkan Asha untuk balas dendam dengan apa yang telah Rakha perbuat kepadanya. Mungkin dengan membuka toko kue sendiri, Asha tak akan membawa pusing persoalan Ibu Rakha yang lebih dekat dengan Zaylee dibandingkan dengannya.

"Asha, kebetulan Ummi saya kemarin bilang lagi gak ada kerjaan. Kamu ajak coba!" Suruh Abbas, mengingat Ummi-nya itu selalu memberikan pesan spam saat bosan.

Asha berpikir sejenak, apakah itu akan jadi cara yang bagus jika Asha mengajak Tante Inggit?

"Oke, nanti gue ajak!"

Intinya sekarang, benak Asha hanya menginginkan balas dendam. Jika Zaylee bisa dekat dengan Ibu dari Rakha, Asha juga harus bisa dekat dengan Ummi Abbas untuk pembuktian bahwa Asha juga bisa dekat dengan ibu-ibu sosialita.

Dikira jika Rakha dan Zaylee berlaku seperti ini, Asha akan sakit hati karena tak dianggap? Akan putus asa karena sahabatnya lebih dekat dengan ibu pacarnya? Iya sih sedikit. Tapi tidak, Asha akan menunjukkan bahwa dia juga bisa.

Bahkan jika orang lain diposisi Asha, pasti mereka akan marah, kecewa, sedih karena kehilangan kesempatan mendekati calon mertua. Asha juga begitu, tapi mungkin keinginannya untuk terus bertahan dengan Rakha sudah mengurang dikarenakan rasa kecewa baru yang mulai tumbuh. Jujur saja, Asha selalu rendah hati jika dibandingkan dengan orang yang mereka nilai lebih berguna daripada dirinya, jadi untuk saat ini mungkin hatinya sakit, tapi tak apa, ia tahu harus melakukan apa disaat merasa dilupakan dan tak dilirik. Apalagi? Ya menunjukkan kalau dia bisa.

*

*

*

*

Tiap part katanya cuma dikit, aku cuma gabut doang sih soalnya.. hehe :)

Abbashana ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang