BONUS 3

146 6 0
                                    

Abbas, Ashana, dan sunset di pantai yang indah. Dua insan yang tengah menatap keagungan Sang Pencipta, langit berwarna oren diatas sana membawa suasana hangat bagi seluruh mahluk hidup yang bertapak dimuka bumi. Meskipun pemandangan kali ini begitu indah, percayalah, menurut Abbas menatapi wajah cantik istrinya adalah pemandangan paling indah yang pernah ada di dunia. Seluruh dunia harus tahu bahwa ada mahluk kecil bersenyum manis, yang kini tengah membawa mahluk kecil juga dalam dirinya hidup menyertai hari-hari Abbas dan menjadikannya luar biasa.

"Sha, hati-hati turunnya. Sini pegang tangan aku!" Abbas was-was, dia bergidik ngeri melihat Ashana yang berusaha turun sendiri dari atas batu-batuan kecil.

"Aku gendong aja, ya?" Tawarnya.

Reflek Ashana memukul pelan bahu Abbas, "Ih, sinting! Nanti dedeknya ke teken yang ada sama tangan kamu yang ototnya gede itu."

"Bahasanya, Istriku.." ucapnya sembari mengulurkan tangan.

"Kak, bayangin deh."

"Apa yang harus dibayangin, Sha? Mimpi aku sekarang udah kecapai semua. Alhamdulillah, atas izin-Nya."

"Bayangin aku tiba-tiba lahiran disini. Hahaha!" Tawa menggelegar yang dikeluarkan Asha langsung membuat Abbas yang tadinya sedang tersenyum-senyum sendiri mendadak memasang muka murung, barusan adalah bayangan yang terlalu mengerikan walau hanya selewat dalam pikiran.

"Sha, astaghfirullah. Jangan gitu ngomongnya."

Ashana tertawa-tawa melihat wajah panik Abbas, dipikirnya lucu sekali melihat seorang yang selalu terlihat gagah mendadak menjadi ciut seperti ini dengan lelucon barusan.

"Tenang, baru 8 bulan kok. Mana mungkin lahiran!"

Senyumannya langsung sumringah, Abbas membuang jauh-jauh muka masamnya. Sejak awal juga ia ragu mengiyakan permintaan Asha untuk pergi ke pantai saat hamil besar, tapi apa daya, melawan ibu hamil sama aja menyerahkan nyawa secara perlahan. Dan Abbas juga selalu ingin memenuhi segala keinginan Asha dimasa kehamilannya.

Baru beberapa detik mereka melanjutkan langkah kaki untuk kembali ke hotel, tiba-tiba angin tertiup kencang disekitar pesisir pantai. Tapi ada yang lebih mengejutkan daripada itu.

"Ah! Kak! Perut aku sakit! KAK!" Teriak Ashana, kesakitan.

"Sha? Sha? Kamu gapapa? Baru 8 bulan, kan. Sha, kamu mau lahiran? Sha?"

Sekarang bayangkan seberapa panik muka Abbas. Ditambah lagi seluruh badannya yang gemetaran hebat.

Sepanjang koridor rumah sakit, Abbas terus-menerus menanyai Asha dengan pertanyaan yang sama. "Sha? Kamu gapapa?" Lagi, lagi, dan lagi.

Diruang bersalin, Abbas mendadak menjadi cheerleader. Terus berteriak meskipun bukan dia yang sedang melahirkan.

"Sayang, kamu kuat! Kamu bisa! Ayo, terus!"

"Dok? Bayinya udah lahir?"

Ayolah, Dokter satu ini sedang kenapa? Bisakah dia diam sebentar agar Asha lebih fokus, agar Asha lebih merasa rileks tanpa ocehan Abbas dengan sejuta kekhawatirannya.

"Belum, sabar ya."

Bukan Abbas yang malu, tapi Asha. Sudah merasa kesakitan yang begitu luar biasa karena bayinya tak kunjung juga keluar, sekarang dia juga menanggung malu atas semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Abbas padahal sudah jelas-jelas jawabannya ada didepan mata dia.

Melihat wajah Ashana yang basah dipenuhi keringat, Abbas semakin tak tega melihatnya. Apakah semua melahirkan harus sesakit ini? Abbas pasti akan selalu ingin menemukan hal baru yang dapat membuat melahirkan terasa lebih nyaman dan mudah setelah ini, walaupun itu tentu saja tidak termasuk di bidangnya.

Beberapa jam kemudian, suara bayi mulai mengisi seisi ruangan. Tangisan bayi yang baru saja lahir langsung disusul oleh pecah tangis Abbas juga yang telah menyaksikan perjuangan Asha. Dan pada detik itu, Abbas telah resmi menjadi seorang Ayah dengan sejuta tanggungjawabnya, apalagi dengan kelahiran anak perempuan sebagai anak pertamanya.

Karena tanpa persiapan apapun, usai bayinya lahir, Abbas langsung mengurus banyak hal sendirian. Malam itu lelah sekaligus bahagia, isak tangis bahagia kadang-kadang masih saja terus keluar kala Abbas menemui buah hatinya. Hatinya tak henti-henti tersentuh atas kelahiran Ashura Nabbasya Humaira, anak pertamanya.









____





Abbashana ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang