"Menurut gue, kalau lo udah gamau lagi sama Ashana, tinggalin dia. Lo jangan egois mau dua cewek sekaligus bro, minimal punya akal sebelum mencintai seseorang. Lagak lo aja paling so iye depan Asha, padahal lo brengsek sama aja kayak kresek isi sampah."
"Hak apa lo ikut campur urusan gue sama Asha?"
"Yang cinta sama Asha bukan lo doang, gak usah so paling berharga di hidup Asha. Lo sendiri belum pernah ngaca ya? Seberapa mirisnya ya lo ketika di sandingin sama Asha. Egois, dan lo seolah-olah gak merasa bersalah sama sekali, hebat!"
"Gue bilang ada hak apa lo?"
"Makan tuh anjing dua cewek, serakah, egois, bajingan, lo. Gue gak segan-segan buat bilang ke Asha kalau sebenarnya Ibu lo gak suka sam Asha, dan lebih suka sama Zaylee, sekalian bocorin lo cinta sama dua cewek dalam satu waktu sekaligus. Lo pikir gue gak berani?"
"Lo ngajak ribut?"
"Ada ya orang sebodoh lo, disuguhin air jernih maunya air keruh. Get well soon, dah, lo Rakha!"
BUGH!
Satu pukulan melayang keras di pelipis mata kiri Raga, kepalanya langsung pusing seketika.
Rakha, ini malam dimana Raga sama sekali tak ingin bertemu sama sekali dengan sosok laki-laki sialan yang mudahnya mempermainkan sosok yang Raga cintai.
Parahnya, Rakha datang tanpa beban mengandeng tangan Zaylee sembari tersenyum lebar mengitari taman depan sekolah dengan dress perpisahan disekolah malam ini.
Emosi Rakha benar-benar memuncak. Sampai tangan kekar Rakha menonjok Raga yang sedang tak enak badan malam ini. Semua yang menyaksikan tak ingin ikut campur, mereka tahu akan rumit urusannya jika terlibat.
***
Keluar dari zona yang buruk, Raga merasakan sebuah kenyamanan disamping gadis dengan polesan make up yang terlihat sangat cantik malam ini. Dia Ashana, gadis pujaan hati Raga yang cantiknya selalu dipuji-puji. Sikap lembutnya, selalu saja membuat Raga jatuh hati lagi dan lagi.
__
"Maaf telah mencintaimu, walaupun aku tahu aku tidak bisa dan tidak mungkin dalam hal itu. Beribu-ribu manusia yang aku temui, tapi tetap kamulah pemenangnya."
__
"Ga, are u okay?"
"Gue suka sama lo, Sha."
"Raga, jawab gue dulu. Muka lo lebam semua! Sini gue obatin dulu!"
"Lo putus ya sama Rakha, abis itu gue yakin lebamnya sembuh." Ucap Raga.
"Ga, jangan becanda, lo ditonjok sama Rakha?"
"Iya, pacar lo brengsek."
"Nyari ribut lo sama dia?"
"Nggak. Dia awalnya gandengan sama Zaylee didepan, terus gue marahin, eh ditonjok!" Jujur Raga.
Badan Asha melemas. Asha tahu, bahkan ia melihatnya dengan jelas ketika tangan Rakha merangkul bahu Zaylee dengan akrab tadi. Entahlah, rasanya hanya campur aduk. Antara ingin mendengarkan alasannya terlebih dahulu, atau perasaan ingin menonjok Rakha balik seperti apa yang laki-laki itu lakukan pada Raga.
Abbas belum kunjung datang juga sebagai wali dari Asha, padahal semua orang sudah menduduki kursi mereka bersama walinya namun Asha masih menunggu Abbas bersama Raga yang bonyok diruang tunggu.
"Udah, lo masuk sana. Papah lo pasti nyariin!" Titah Asha, mendorong tubuh Raga masuk kedalam ruangan. Sedangkan dirinya akan terus setia menunggu Abbas datang.
"Yaudah. Janji sama gue buat mutusin Rakha, Sha!"
"Raga, lo gak bisa kayak gitu." Pangkas Asha.
Pandangan mereka saling bertemu dengan sinis, Raga mengalihkan pandangannya lalu bergegas masuk kedalam ruangan meninggalkan Asha sendirian.
Rasanya campur aduk, mengapa semua orang menyuruh Asha menyudahi hubungannya dengan Rakha? Seburuk itukah Rakha? Orang lain hanya tak pernah mengerti apa yang dirasakan Ashana, gadis itu tahu dia dikhianati, hanya pasti tersisa waktu untuknya dalam memproses semua hal yang terjadi sebelum benar-benar pergi.
Raga menyukai Asha, tapi itu juga bukan alasan yang masuk akal untuk lelaki itu dengan mudahnya mengatur-atur hubungan Asha dengan Rakha.
Sudahlah, Asha pusing memikirkan semuanya. Terlebih lagi, dia juga shock melihat Rakha yang datang bersama dengan Zaylee, mereka terlihat begitu dekat dari biasanya. Seolah tak mengenal Asha, Rakha dan Zaylee melewatinya dengan tatapan dingin tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Mungkin ada satu hal lagi yang akan menyakiti Asha malam ini, yaitu dengan tidak hadirnya Abbas di acara perpisahan sebagai walinya. Entah kemana perginya Abbas, Asha hanya menaruh rasa kecewa pada laki-laki yang tak pernah membuatnya kecewa semenjak awal berkenalan.
...
Bulan yang bersinar terang diatas langit yang gelap, seperti menertawakan Asha yang berjalan sendirian di trotoar. Ia melepas high heels yang dipakainya, menjinjing benda sialan tersebut dan berjalan seperti orang putus asa dengan gaun berwarna lilac yang sudah lusuh.
Terlihat mempunyai kekecewaan yang dalam, seperti dunianya hanya berkeping-keping tanpa sisa. Padahal ini adalah hari bahagianya setelah lelah bersekolah selama 3 tahun. Lantas mengapa Asha harus bersedih hanya karena Abbas tak datang, Raga yang mengungkapkan rasa yang sebenarnya, dan Rakha yang mengabaikannya. Bukankah hari perpisahan lebih penting daripada semua hal itu?
Asha harus merayakan semua keberhasilannya selama bersekolah, lantas mengapa malam ini rasanya berat sekali untuk dilewati.
Jujur, benak Asha sedari tadi hanya memikirkan kemana perginya Abbas yang ingkar akan janjinya menemani Asha di acara perpisahan. Dibandingkan Rakha yang sudah beberapa kali menyakiti Asha, Abbas hanya baru kali ini membuat Asha kecewa. Jadi pikirannya hanya berkecamuk pada Abbas saja.
Ingin rasanya Asha memukuli laki-laki itu, dan bercerita sembari teriak sekencang mungkin pada Abbas bahwa Rakha sudah tega mengabaikannya didepan umum.
Asha kecewa, sangat kecewa.
Abbas, Asha rasa kamu bersalah karena kamu tak hadir di acara pentingnya. Terlebih acara itu menghancurkan Asha dengan sikap kekasihnya, andai ada kamu disana, mungkin Asha akan lebih tenang walau semua orang mengabaikannya. Sebelumnya, kamu tak pernah ingkar janji, dan sekarang, apa ada salah yang Asha lakukan sehingga kamu mengingkari janji?
*
*
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Roman pour AdolescentsSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...