RAKHA
Kha, bentar lagi aku ulang tahun.
Kamu inget?
Dilihat hari ini, pukul 13.42
***
Sore itu, Asha menatapi layar handphone nya berharap ada satu pesan balasan dari Rakha. Mungkin sekedar jawaban 'inget', itu sangat Asha tunggu-tunggu sedari tadi ia mengirimi pesan tersebut.
Ulang tahun Asha hanya tersisa 2 hari lagi, kemana perginya Rakha? Bulan lalu dia berjanji akan menemani ulang tahun Asha tahun ini. Merayakannya bersama, mengadakan pesta kecil yang hanya dihadiri oleh dua orang saja.
"Asha, ikannya mati!" Teriak Abbas dari lantai bawah, dengan suara santai walau batinnya panik menemukan si Helors ikan milik Ayman mengambang kesana kemari tak bernyawa.
Fokus Asha teralihkan, ia menaruh handphonenya disembarang tempat lalu pergi ke bawah untuk mengecek keadaan. Bahaya, jika ikan itu benar-benar mati, tak bisa dibayangkan seberapa marah Ayman saat pulang nanti.
Mungkin Abbas bisa saja dipelototi, dan Asha bisa saja diacuhkan selama 1 bulan penuh. Bagaimanapun, sepertinya rasa sayang Ayman lebih besar terhadap ikan daripada anaknya sendiri.
"KAKK! LO GILA? AYAH PULANG MATI KITA!" Teriak Asha, menemukan Helors tak bernyawa diantara ikan-ikan yang masih aktif berenang kesana dan kemari.
"Padahal semalem saya kasih makan!"
"Dia sakit? Atau salah makan?" Tanya Asha, berusaha menggapai Helors didalam aquarium dengan tangannya.
"Kalau saya tau, saya gak akan teriak manggil kamu, Sha!"
"Kan disini yang dokter itu lo, bukan gue!"
"Saya dokter manusia, kamu harus bisa jadi dokter segala jenis rupa macam spesies di dunia biar orang tua kamu bangga!"
Alisnya mengerut, apa-apaan Abbas ini? Kenapa didepan hewan dia hanyalah manusia biasa yang bahkan tak mengerti mengapa mahluk mungil itu bisa mati dalam satu malam.
"Ngaco! Dokter gadungan lo, kak."
"Terus gimana, Sha?" Tanya Abbas, dengan muka yang was-was.
"Kita beli lagi gimana?" Tawar gadis itu, melihat dengan seksama keadaan Helors.
"Bisa?"
"Bisalah, asal motif sama jenisnya sama. Masalahnya gue gatau Ayah beli dimana tu ikan!" Terang Asha.
"Yaudah, nanti kita cari sama-sama."
Asha mengangguk-angguk, gadis itu masih fokus memperhatikan ikan ditangannya. Ikan biru tua itu terlihat begitu pucat saat mati. Tapi mungkin akan lebih pucat Ayman ketika melihat ikan yang dia pelihara dengan segenap jiwa raga nan ketulusan yang tiada tara, mati begitu saja tanpa ada yang bisa menjelaskan kronologi sebenarnya.
***
Dua hari kemudian, tepat pada hari dimana Asha ulang tahun. Abbas mengajaknya pergi keluar untuk mencari ikan pengganti Helors. Mereka berdua tahu tak akan mudah mencari ikan yang sama persis dengan ikan yang sudah mati itu, jadi mereka berdua memasang rencana yaitu berangkat pagi-pagi sekali dan mungkin akan pulang saat larut malam.
Mendatangi satu persatu toko ikan, dari daerah satu ke daerah dua. Hasilnya tetap saja nihil. Asha dan Abbas mulai lelah karena terus berjalan dan naik turun mobil untuk menyusuri setiap sudut pedagang ikan-ikan hias.
Tepat pada jam makan malam, mereka berdua akhirnya menemukan duplikat Helors. Walau siripnya berbeda sedikit. Hanya sedikit.
Setelah itu, Abbas memutuskan untuk mengajak Asha makan malam di tempat terdekat, posisinya disitu perut Abbas sudah mengeluarkan bunyi-bunyi kelaparan. Asha yang tak tahan menertawakan suara tersebut, mengiyakan ajakan Abbas dengan kondisi kaki yang sudah tak bisa diajak berjalan lagi.
"Perut lo emang suka gitu apa gimana sih kalau lapar?" Tanya Asha diselingi gelak tawanya.
"Jarang. Cuma ini kamu pikir-pikir aja deh, Sha.. saya terakhir kali makan tadi pagi."
"Please deh kak.. tadi gue makan roti 3 bungkus gak liat apa? Kenapa gak beli juga?"
"Jujur aja, saya gak bisa makan kalau ikannya belum ketemu karena bener-bener panik. Sekarang kan sudah ketemu.. jadi mungkin perutnya reflek."
Mereka berdua sampai, dan segera memesan beberapa makanan serta memburu waktu untuk pulang tak terlalu malam juga. Mengingat sesuatu, Abbas yang tadinya ingin pulang cepat malah mengajak Asha berkeliling kota. Melihat pemandangan malam hari, dengan pengalihan isu supaya masalah-masalah belakangan ini bisa ditenangkan oleh pemandangan cantik langit malam.
Disela-sela waktu mereka, Asha yang tengah duduk dibangku taman terlihat asik dan merasa nyaman duduk di sana menatap bintang-bintang terang yang bertaburan di langit yang luas. Abbas berpamitan untuk mencari udara segar ditempat lain. Padahal ia datang ke toko kue terdekat dan menyembunyikannya segera di mobil untuk Asha nanti malam, ketika usianya bertambah.
Entah ide yang datang darimana, namun Abbas mengingat jelas dimana Asha kecil menginap dirumahnya hanya untuk merayakan ulang tahun Abbas ditengah malam bersama keluarganya.
Sebahagia itu Abbas ketika melihat Asha terselip dibarisan keluarganya. Jadi ulang tahun Asha kali ini, Abbas mungkin akan jadi satu-satunya yang hadir. Abbas berharap hanya dengan kehadirannya saja bisa membuat Asha bahagia walau kecil kemungkinannya, Asha juga pasti menginginkan kehadiran keluarganya serta kekasihnya.. Rakha.
Abbas seperti orang asing, yang tiba-tiba selalu ada. Tapi itu semua tak masalah baginya, karena bagi Abbas, segitu saja sudah mengobati rasa rindunya dari bertahun-tahun berpisah.
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Fiksi RemajaSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...