Hari ini Asha menelepon kedua orangtuanya, dia mengobrol beberapa hal yang menurutnya harus disampaikan. Selama percakapan berlangsung Maryam dan Ayman malah sibuk mengobrol dengan orang lain di sebrang sana daripada mendengarkan cerita Ashana terlebih dahulu untuk sejenak.
Hatinya kemudian sakit, Asha merasa tidak didengarkan padahal dia hanya ingin bercerita sedikit soal kehidupannya selama mereka tak ada. Sebelum akhirnya Ashana malas dan menutup sambungan telepon tersebut tanpa memberitahu terlebih dahulu, sebelum ia mengucap salam perpisahan.
"Kak, rasanya sekarang gue lebih butuh lo daripada mereka." Ujar Asha.
"Mereka siapa?"
"Orangtua."
Abbas melirik, ia shock dengan ujaran Asha barusan. Apa-apaan maksudnya?
"Kenapa?"
"Lo lebih ngertiin gue, sedangkan mereka hanya mengutamakan ego. Harus ginilah, gitulah, kalau sama lo beda."
"Saya orang tua kamu?"
"Bukan, tapi lebih nyaman sama lo aja."
"Tapi saya gamau jadi orangtua kamu."
"Ih, gak ada yang nyuruh!"
"Takutnya, kamu nyaman sama saya terus nanti ngerengek minta diadopsi."
"Kalau jadi istri boleh?"
Abbas terdiam seribu bahasa. Ia tak berani mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah dipegangnya. Pertanyaan macam apa ini. Asha mulai terbiasa menjahili Abbas rupanya.
"Bercanda!"
Nafasnya lega. Abbas paling tak bisa jika sudah bercanda masuk kedalam hal soal hubungan. Ia kira Asha sudah tahu suatu hal. Ya dimana Abbas juga benar-benar menginginkan Asha untuk mengetahui sesuatu dan menjadi kekasihnya seumur hidup. Selama ini dirinya kan hanya bisa melangitkan nama gadis itu di sepertiga malam agar cepat-cepat berbalik kearanya, tanpa ada interaksi yang pasti atau lebih jelas dengan interaksi yang bisa menimbulkan rasa cinta.
"Kak?" Tanya Asha, menyadari Abbas malah terdiam.
"Kenapa?"
"Gapapa. Oh iya, hari ini cuacanya bagus kayaknya? Gue mau keluar."
"Sama siapa?"
"Siapa lagi, temen gue kan tinggal Raga!"
"Ngapain?"
"Gak tahu, dia ngajak jalan."
Asha memandangi langit yang cerah, padahal semalaman ia sudah berdoa supaya hari ini hujan besar agar rencananya keluar dengan Raga gagal. Namun ternyata cuaca berkata lain.
Pasti mereka berdua akan canggung, dengan posisi Raga habis mengungkapkan rasa suka, Asha yang belum menjawab apapun. Ah tak ada posisi tercanggung selain ini di lingkaran pertemanan antara laki-laki dan perempuan.
"Jangan sore-sore pulangnya."
"Siap pak, saya usahakan!"
Hari ini Asha ada janji dengan Raga, dan Abbas juga ada janji dengan keluarganya. Semacam sebuah perkumpulan keluarga, dirumah nenek, dan membahas persoalan-persoalan hidup atau sekedar berbincang santai karena sudah lama tak berkumpul apalagi Abbas yang sudah mulai sibuk dan tak dirumah.
Tadinya, mereka semua, anggota keluarga Abbas, memintanya untuk membawa Asha kesana. Awalnya juga Abbas ragu dan sungkan untuk mengajak Asha menemui semua anggota keluarganya. Beruntungnya gadis itu mempunyai janji dengan Raga juga, Abbas jadi tak perlu berbohong karena Asha tak bisa ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Teen FictionSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...