33 | AS

98 9 0
                                    

Gedung yang dihiasi oleh banyak bunga berwarna putih, banyaknya makanan yang disajikan dan akad pernikahan telah terlaksana beberapa jam yang lalu. Jelas menandakan adanya acara besar yang sedang digelar. Abbas dan Ashana kini berada ditengah pesta pernikahan Gisela dan Riky, namun baru setengah acara, kedua orang yang sedang kasmaran itu sudah merasa lelah dan ingin segera pulang kerumah.

Tamu-tamu yang hadir berfokus pada Abbas dan Ashana yang terlihat sangat mesra, beberapa orang heran, namun keluarga Abbas menjelaskan hal-hal yang sudah seharusnya dibeberkan sejak dulu.

Ashana terus memijat pelipis matanya, gadis cantik bergaun lilac itu merasakan pening yang parah sejak tadi pagi. Mungkin penyebabnya gara-gara dia belum memakan apapun sejak tadi pagi karena terlalu sibuk dan membohongi semua orang bahwa dia sudah makan. Abbas panik tetapi Ashana tetap meyakini suaminya bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kita pulang duluan, ya, Sha?"

"Gak. Kasian yang lain kalau kita pulang duluan!"

Abbas menyerah. Asha adalah perempuan yang keras kepala, sekeras apapun berusaha merayu untuk pulang rasanya percuma. Tapi itu tidak membuat Abbas berhenti khawatir, berusaha mencari alternatif lain supaya Asha beristirahat sejenak untuk menghilangkan pening yang dirasakannya.

Sementara Ashana sibuk membantu Gisela sebagai bridesmaid, Abbas mencari makanan kesukaan gadis sibuk tersebut sebagai penarik perhatiannya. Diantara makanan-makanan yang tidak menarik selera Ashana, Abbas menemukan makanan manis berbentuk lucu, dia mengambil beberapa dan menyiapkan sepiring nasi dengan sup ayam.

Kemudian Abbas menghampiri Asha, menyuruhnya duduk dimeja paling kanan sebentar sebelum menunjukkan makanan manis berbentuk lucu pada Asha.

"Liat, mau gak? Saya nemu tadi, pasti enak ini, cobain!"

"Kok tau aja aku suka yang manis-manis?"

Abbas melontarkan senyumannya sebagai jawaban, dia menyuapkan kepingan kue kering kecil yang dia bawa pada Ashana, beberapa suapan masuk dan Abbas segera menggantinya dengan nasi sup ayam. Dia tahu Ashana tidak akan keberatan saat menyadarinya.

"Eh?" Kata Ashana, terkejut dengan rasa baru yang dirasakan lidah pengecapnya.

"Makan dulu nasi, ya, biar gak pusing." Tutur Abbas lembut.

Senyum manis milik Ashana terbentuk, matanya bersinar ketika dia merasakan kehangatan atas semua perhatian Abbas padanya hari ini. Beribu-ribu terimakasih diucapkan, Ashana bersyukur atas adanya Abbas sekarang dan seterusnya.

"Makasih.."

"Jangan lupa makan, Sha. Kamu gak bisa hidup tanpa makan, kayak saya, gak bisa hidup tanpa kamu."

Reflek Ashana menepuk pundak Abbas, dia sebenarnya geli, tapi entah kenapa laki-laki yang biasanya serius dan bawel itu tiba-tiba mengatakan sesuatu yang manis, rasanya aneh.

"Ngaco, emang kamu bisa gitu hidup tanpa makan?"

Abbas terkekeh, "nggak juga sih. Cuma kalau gak ada kamu, makan aja rasanya kurang enak."

Keduanya menatap satu sama lain, Ashana kini merasa lebih dekat lagi dengan Abbas daripada sebelumnya. Sementara dua orang itu sibuk dengan dunia mereka, acara yang digelar secara tidak disadari sudah berada dipenghujung. Para tamu mulai berpulangan dan tempat juga kian sepi, hanya tersisa beberapa kerabat dekat.

Pulang dari sana, Abbas juga berpikir untuk mengadakan sebuah resepsi pernikahan karena dulu dia dan Ashana tidak sempat melakukan hal tersebut disebabkan oleh keadaan yang tak memungkinkan. Tidak luput dari pikiran Abbas yang isinya terus-terusan tentang Ashana, pasti gadis itu juga memiliki wedding dream seperti perempuan kebanyakan, Abbas akan berusaha menanyakannya disela-sela kesibukan mereka berdua.

Walaupun sudah tinggal dalam satu atap, Abbas dan Ashana jarang bertemu lama dirumah. Padahal dulu saat mereka baru mengenal, hampir separuh waktu dihabiskan hanya untuk berada dirumah mengerjakan hal-hal kecil berdua. Kini ketika ingin menghabiskan waktu berdua dimanapun itu, rasanya susah sekali.

Keduanya disibukkan oleh urusan masing-masing, Ashana dengan kesibukannya sebagai mahasiswi, dan Abbas dengan pekerjaannya sebagai dokter. Jalan yang tak mudah telah mereka berdua tempuh untuk sampai dititik yang sekarang, jadi Abbas maupun Ashana mengerti kesibukan yang berada ditengah-tengah mereka berdua.

"Sha, sarapan dulu. Nanti saya antar ke kampus!"

"Nanti telat masuk kerja dong, kak?"

"Gak akan, ayo sarapan dulu!" Abbas menyuruh Ashana untuk duduk dimeja makan, dan menghabiskan sarapan paginya dengan tenang.

Sementara Abbas masih berfokus pada sisa piring-piring yang tengah ditata rapih olehnya, sebelum akhirnya dia juga ikut duduk disamping Ashana untuk makan bersama.

"Nanti malam saya kayaknya pulang telat, kamu langsung tidur aja."

"Iyaa siap, Pak Dokter!"  Kata Ashana, yang sebenarnya paling tidak bisa tidur sendirian setelah tinggal bersama Abbas.

Tangan Abbas mengacak-acak rambut Ashana, semburat merah muda terlihat dari kuping Abbas yang memanas. Paling tidak bisa melihat Ashana sebagai gadis penurut seperti ini, Abbas pasti langsung jatuh hati lagi dan lagi setiap harinya.

***

Kelas yang dihadiri Asha hari ini selesai lebih cepat dari perkiraan, dia berpikir jika langsung pulang pasti akan sangat bosan berada dirumah sendirian. Untuk menuntaskan rasa bosan tersebut, Ashana memilih untuk pergi berjalan-jalan diluar hingga sore hari tiba dan berencana pulang sebelum adzan maghrib berkumandang.

Ia menelusuri jalanan kota, bersenandung ketika bosan dengan sekitar. Ashana menikmati suasana kota yang baru saja diguyur hujan, membeli cokelat hangat dan mengunjungi beberapa toko.

"Ashana?" Ujar seseorang dari belakang.

Dari suaranya saja, Asha bisa mengenali orang dibelakangnya. Seketika hari yang indah berubah menjadi hari yang buruk. Suara itu milik Rakha. Ashana memutar kedua bola matanya malas sebelum ia memutar tubuh untuk menghadapi orang jahat tanpa senjata.

"Ya?"

Laki-laki berkemeja hitam didepan tersenyum sumringah, "lagi jalan-jalan?"

"Iya, kalau gitu duluan." Ucap Ashana langsung melenggang meninggalkan Rakha sendirian.

"Sha, tunggu! Gue minta maaf. Dan Zaylee juga minta maaf. Kita berdua pengen baikan sama lo, kita gak perlu kayak orang asing gini." Terangnya sembari berteriak agar Asha yang mulai menjauh mendengar permintaan maaf barusan.

Asha menengok kearah Rakha, dia mengangkat ibu jari sebagai pertanda bahwa permintaan maafnya diterima tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lalu bergegas pergi karena merasa tak nyaman bertemu Rakha terlalu lama apalagi Abbas tidak ada disana. Bisa-bisa Ashana dituduh macam-macam.

Tapi jujur, Ashana penasaran dengan kabar sahabatnya. Rakha selalu saja membawa-bawa nama Zaylee ketika mereka bertemu, padahal gadis itu sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya semenjak hari perpisahan saat SMA. Asha benar-benar kehilangan komunikasi dengan Zaylee, entah bagaimana kabarnya sekarang.

Sejahat apapun Zaylee, dengan mengingat bahwa mereka pernah tertawa bersama sebelum bermusuhan saja sudah membuat Ashana merindukan sahabat lamanya. Rumah yang dulunya terasa sangat nyaman sebelum laki-laki sialan itu datang menghancurkan segalanya.

Rasa rindunya masih tetap ada, walau mengingat dia pernah disakiti dan dikhianati.





*

*

*

*

*

*




Abbashana ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang