Happy Reading!
---
WARNING! 17+
Terhalang sebuah meja kecil, berada diantara tengah-tengah keramaian restauran. Ashana sedang makan malam dengan Abbas yang sedikit spesial, tidak dalam rangka apapun dan masih dalam keadaan Ashana versi kesal, irit ngomong, dengan kode-kode kecilnya. Hanya suara alat makan saling bergulat diatas piring yang memenuhi meja nomor 21, sungguh pasangan yang tidak harmonis tanpa sepatah kata apapun diantara mereka.
Abbas menyodorkan sebuah kotak berwarna biru tua, dia mengelus lembut punggung tangan Ashana sembari tersenyum. "Hadiah kecil dari aku.." ucapnya bernada pelan, sebagai bujukan juga agar Ashana tidak terus-menerus diam meskipun Abbas tahu istrinya bukan tipe yang bisa dibujuk dengan hadiah mahal seperti yang dia berikan. Tapi setidaknya, dia berusaha.
"Iya, makasih." Jawab Ashana, menatapi kotak perhiasan di sana dengan seksama.
"Aku pasangin, boleh?" Tanya Abbas, meminta izin untuk memasangnya hadiah pemberiannya yang merupakan sebuah gelang berdesain cantik.
"Boleh. Pasang aja."
Sejenak mereka kembali terdiam, Abbas bergelut dengan otaknya sendiri mencari topik baru untuk mereka obrolkan disini agar sampai dirumah tidak ada drama diam-diaman yang dilanjutkan padahal sudah diusahakan dengan makan malam dan hadiah kecil-kecilan. Masalahnya, mereka sudah terlalu lama berada di hubungan renggang ini. Hampir 1 bulan penuh keduanya tidak bertegur sapa dengan baik dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Asha sibuk mengejar mimpinya sebagai pebisnis sukses, dan Abbas sibuk di rumah sakit dan jarang sekali pulang.
Mereka tidak bisa berada dalam kondisi ini terlalu lama, Abbas juga harus berinisiatif memperbaiki hubungan rumah tangganya karena ialah sang imam, nahkoda dari kapal yang tak lama baru berlayar diiringi banyaknya cobaan.
"Asha belum mau bilang apa-apa?" Lirih Abbas, terdengar sangat amatir. Asha sebenarnya tidak tega bersikap dingin pada Abbas terlalu lama, tapi apalah daya bagi dia yang mempunyai rasa gengsi dan obsesinya akan diperhatikan sebagai seorang istri yang tak kalah besarnya dari rasa tega tersebut.
"Bilang apa?"
"Soal apa yang kamu lalui, apa yang sedang kamu pikirkan, sampai belakangan ini lebih banyak berdiam diri daripada berbicara sama aku." Ucap Abbas.
"Nggak ada, Kak. Aku gak kenapa-kenapa kok." Jujur, dia hanya sedang mencari cara untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya tapi melalui caranya sendiri.
"Serius, sayang?"
"Ya.. serius." Ashana menatap mata Abbas sebentar, lalu dia mengganti topik pembicaraan mereka secara kilat. "Pulang dari sini kita mampir ke supermarket. Aku mau beli sesuatu."
"Boleh, boleh banget. Beli apapun yang bikin kamu seneng ya, jangan beli keperluan rumah aja."
Ashana mengangguk mengiyakan. Abbas begitu baik sampai-sampai bisa mendapatkan piala penghargaan the best husband in the world, namun kesibukannya sebagai seorang dokter menghalangi laki-laki itu untuk berlari mendapatkan penghargaannya.
Di supermarket tempat Ashana mencari-cari barang kebutuhannya bersama Abbas, mereka mengelilingi hampir seluruh bagian sudut dan membeli banyak sekali barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Genç KurguSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...