7. d-day

4.3K 422 50
                                    

Marry the person who calls you back after an argument just to remind you that no matter how difficult things get, they aren't going to leave you.

.

.

.

Giana menarik nafas panjang. Hari ini adalah hari pernikahannya bersama Jevan. Walaupun Giana tidak memiliki perasaan apapun terhadap cowok itu, tetap saja. Ada perasaan gugup saat nantinya Giana mendengar dengan lantang namanya diucapkan oleh Jevan.

"Sayang, . ." papa muncul dengan senyuman yang seketika membuat Giana ingin menangis.

Dari banyaknya kebohongan yang Giana lakukan, kebohongan mengenai pernikahan ini adalah hal yang paling menyakitkan untuk Giana lakukan. Bagaimana bisa Giana menjalani bahtera rumah tangga, jika tak Giana rasakan perasaan cinta dan hormat kepada Jevan?

"Cantik banget anak gadis papa." sambung papa memuji Giana yang kini sudah dibalut kebaya dengan make-up yang begitu apik. "Akhirnya papa bisa lega lihat kamu nikah dengan orang yang tepat."

Giana tak lagi sanggup menahan tangisnya. Maka dengan perlahan tubuhnya merengkuh papa, menangis sembari mengucapkan maaf dalam hati.

"Jangan nangis sayang, make-upnya nanti luntur loh."

"Ihh papa!" kesal Giana memukul pelan punggung papa.

Papa terkekeh. "Sayang, jadi istri yang berbakti ya, penuhi segala kebutuhan suami kamu. Ingat, surga perempuan itu ada pada suaminya. Cari pahala dengan mengikuti apa kata suami kamu, jika benar lakukan tapi kalau salah, coba untuk dibicarakan baik-baik. Hadapi semua masalah dengan kepala dingin, sekarang ini bukan lagi tentang kamu aja, tapi ada kepala Jevan yang harus kamu ngertiin. Papa selalu berdoa untuk rumah tangga kamu sakinah mawadah warahmah." jelas papa, kemudian mengecup kepala Giana.

Giana masih memeluk pinggang papa. Tangisannya perlahan mulai reda, tapi senyumnya bahkan tidak tercetak sedikitpun dari bibir yang dipoles dengan warna merah menyala itu.

Selang beberapa menit, Tio datang bersama dengan Jihan, menghampiri Giana dan papa yang masih dalam suasana haru. Disana papa sudah mengambil langkah menepi untuk memberikan akses Tio dan Jihan untuk berbicara.

"Adik aku." ucap Jihan, berjalan untuk memeluk tubuh Giana yang sudah lebih dahulu merentangkan kedua tangannya. "MasyaAllah. Cantik banget." lanjut Jihan, memeluk Giana kemudian memegang bahu Giana untuk melihat penampilan Giana dari atas hingga bawah.

"Aku deg-degan kak." cicit Giana, memegang kedua tangan Jihan.

"Wajar itu mah, apalagi nanti kalau dengar Jevan ngucapin ijab kabul. Makin tambah deg-degan." balas Jihan masih dengan senyum manisnya melihat wajah pangling Giana.

Tio menarik tubuh Giana untuk dipeluk. Adik kesayangannya yang dulu manja akan menjadi istri orang lain. Tio ingat, dulu Giana sering kali merengek manja kepadanya, meminta ini dan itu yang kalau tidak dipenuhi Giana akan mendiami Tio selama yang Giana sanggup.

"Mas sedih kamu bakalan jadi istri orang." ucap Tio, entah bagaimana suasana hatinya berubah menjadi haru. Ada jejak air mata yang dengan buru-buru Tio hapus agar tidak mendapatkan ejekan dari Giana.

"Mas, tapi Giana masih boleh 'kan minta jajan sama mas walaupun udah jadi istri orang." ucap Giana, enggan melepaskan pelukannya.

Tio tertawa. "Boleh lah, buat mas. Kamu masih kayak adik kecil mas, jadi kalau ada yang suami kamu nggak bisa kasih, bilang sama mas. Biar mas yang belikan untuk kamu." balas Tio, kemudian membawa pelukan mereka bergerak ke kiri dan kanan.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang