15. kumpul bersama

4.1K 423 29
                                    

Kalau jatuh cinta adalah sebuah kesalahan, maka seluruh manusia di muka bumi ini adalah penjahat. Tapi, nyatanya. Tidak ada yang salah dari jatuh cinta, karena kesalahan yang dimaksud lebih kepada siapa kita memilih untuk menjatuhkan cinta.

.

.

.

Semenjak mengenal dan resmi menikah dengan Giana, ada sisi kosong dihati Jevan yang sudah diisi oleh kehadiran Giana. Dimana sisi kosong itu bahkan tidak bisa terpenuhi oleh kehadiran Milly, sebab Giana membawa kenyamanan yang tidak membuat Jevan gusar sewaktu-waktu. Bersama Giana, Jevan merasa tenang.

Tenang yang Jevan maksud, seperti bagaimana Jevan mendengar kicauan burung di pagi hari, dibarengi dengan suara ombak yang mendamaikan. Lalu udara dingin dan segar yang menembus kulitnya, juga pemandangan indah yang sayang jika dilewatkan. Semakin Jevan melewati hari demi hari bersama Giana, semakin Jevan tidak ingin melepaskan kenyamanan yang Giana berikan, baik itu dari perlakuannya, maupun sentuhan yang sering kali menghilangkan kewarasan Jevan. Walaupun Jevan menyadari masih ada ketidak konsisten dalam diri Jevan perihal memilih antara Giana ataupun Milly. Tapi Jevan bersungguh-sungguh, bahwa eksistensi Giana tidak ingin Jevan singkirkan dalam hidupnya.

Pandangan Jevan tidak putus dari Giana yang saat ini sibuk bermain dengan Kamila, anak dari Tio dan Jihan. Segaris senyum bahkan terbentuk sejak tadi, semakin lebar saat Jevan melihat tawa Giana yang berhasil menjahili Kamila. Ada desiran kebahagiaan saat Jevan membayangkan jika anak mereka lah yang saat ini berada dalam pangkuan Giana.

Lala menyenggol lengan Fina untuk melihat apa yang dari tadi Lala perhatikan. "Lihat senyumnya, jadi percaya kalau perjodohan yang kita lakukan berhasil." bisik Lala pada Fina yang ikut memperhatikan Jevan.

"Siapa yang nggak akan jatuh cinta sama sosok Giana Adeline, mbak?! Kamu berhasil didik anak sebaik Giana. Bangga aku sebagai mertuanya."

"Memang dari awal anaknya juga punya pribadi yang baik, aku bantu mengarahkan, tetap Giana yang menyaring kebaikan untuk dirinya sendiri." balas Lala, tidak ingin besar kepala atas pujian Fina.

Fina mengalihkan pandangannya pada Giana. "Kita doain, semoga ada kabar baik dari mereka. Nggak sabar gendong cucu sendiri."

"Aminn." ucap Lala, melangitkan harapan keduanya pada sang pencipta.

Sedangkan disudut lain, Tio menoleh pada Giana sebelum balik menatap Jevan dengan tatapan serius. Tangannya terkepal kuat, membuat Jihan yang duduk disamping Tio menyadari keganjalan dari suaminya.

"Mas, . ." panggil Jihan, menggenggam tangan Tio yang terkepal.

Tio langsung menoleh pada Jihan yang sudah tersenyum memperhatikan Tio sejak tadi. Tatapannya sangat teduh, membuat Tio langsung menghela nafas guna mengontrol emosi yang tiba-tiba menumpuk.

Jihan mengelus genggaman tangan mereka. "Ngobrol yuk?" ajak Jihan pada Tio.

"Mas lagi nggak minat." jawab Tio sekenanya.

Jihan masih tersenyum disana, berusaha mendinginkan kepala Tio yang Jihan tau sudah dipenuhi dengan amarah tertahan. "Mas, ayok! Ajak adek. Supaya mas nggak berasumsi sendirian."

Tio menoleh kembali kepada Giana yang masih setia bermain bersama Kamila. Tawa Giana semakin keras saat melihat Kamila berhasil Giana pakaikan dengan atribut lucu. "Dek, jangan dibikin nangis." tegur Tio, yang tidak dipedulikan oleh Giana.

Tio melepaskan genggaman tangan Jihan, lalu kembali menjatuhkan fokusnya pada Jevan. "Jev, ngobrol bentar yuk. Ada yang mau mas bilang." ajak Tio kepada Jevan yang terlihat bingung.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang