30. welcome to the world

5.8K 341 28
                                    

Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat, Giana yang kini sedang mengandung sudah memasuki hari perkiraan lahir sang buah hati (HPL) yang walaupun begitu, Giana masih dengan kebiasaannya yang tidak bisa diam di rumah.

Hari ini Giana dan Jevan bersama dengan Hanny, Nakula, Yemima, Mario, Narra, dan Cello baru saja selesai nonton film di bioskop. Sebenarnya ini permintaan Hanny, perempuan yang kini sudah resmi menyandang sebagai istri dari dokter spesialis itu ingin mengumumkan sesuatu yang mereka tidak tau apa isi pengumumannya, yang karena niatnya itu semua biaya nonton dan makan ditanggung oleh Hanny dan Nakula— sebab begitu lah aturan yang pasutri itu buat.

Mereka kini berjalan menuju restoran yang sudah Hanny reservasi sebelumnya. Sampai akhirnya Giana menghentikan langkahnya begitu tertarik untuk mengunjungi toko perlengkapan bayi. "Han, lo sama yang lainnya duluan dulu ya. Gue mau mampir bentar, ada barang yang gue cari." ucap Giana.

"Kamu cari apa?" tanya Jevan bingung.

"Yang aku bilang itu."

"Ohh yaudah, jangan lama-lama loh." balas Hanny.

Mereka akhirnya meninggalkan Giana dan Jevan untuk menuju ke restoran.

Sesampainya disana, disela-sela waktu menunggu makanan dan kehadiran Giana juga Jevan, tercipta obrolan mengenai kado yang akan mereka berikan untuk kelahiran Giana nanti.

"Han, lo mau kasih kado apa untuk kelahiran Giana nanti?" tanya Yemima sembari menoleh kearah Hanny.

"Nggak tau, kak. Masih bingung mau kasih apa, Nakula ditanyain malah terserah katanya." jawab Hanny.

"Sama banget kayak Mario, heran nggak ada kerjasamanya sama sekali."

Yang dibicarakan hanya bisa saling melirik, kemudian menggedikkan bahunya bingung.

Narra ikut nimbrung. "Gue beli dorongan bayi, kak. Cello yang kasih usulan." celetuk Narra, membuat semuanya menoleh.

"Nah! Kayak Cello gini loh, sayang." puji Yemima menepuk punggung tangan Mario yang ada di atas meja.

"Tuh! Kayak gitu, Na."

"Yaudah kamu nikah aja sama Cello." balas Nakula santai.

Hanny berdecak kesal, suaminya ini sangat tidak ramah sekali. Sedangkan oknum yang dipuji hanya mesem-mesem sembari memainkan jari-jari sang kekasih.

"Sorry, Cello punya gue!" serbu Narra sedikit sombong.

Tidak ada lagi yang menyahuti, sampai kemudian Giana dan Jevan muncul.

"Maaf ya lama, gue tadinya mau cari tempat tidur untuk anak gue. Tapi nggak ada, aneh banget." jelas Giana tidak enak hati.

Menyadari Giana sedikit kesusahan untuk masuk ke barisan duduk para perempuan karena perutnya yang sudah membesar, membuat Jevan langsung inisiatif mendorong bangku agar memudahkan jalan Giana. "Makasih sayang." bisik Giana, yang dibalas dengan segaris senyum oleh Jevan.

"Memangnya kak Giana belum siapin kamar untuk anak kakak?" tanya Narra bingung.

"Udah, maksud gue tuh tempat tidur yang bisa otomatis ngayun gitu. Tau nggak sih?" ucap Giana, seperti kesulitan mendeskripsikan apa yang sedang dicarinya.

Yemima menjentikkan jarinya. "Iya! Gue tau itu. Semacam ayunan yang gerak sendiri 'kan?"

"Nah! Iya pokoknya itu. Elektrik kalau yang gue lihat di google."

Mendengar obrolan yang hanya dipahami oleh Giana dan Yemima, membuat yang lainnya saling melirik dengan raut wajah bingung. Apa mereka yang memang minim pengetahuan tentang perabotan bayi, atau Giana yang tidak ahli dalam mendeskripsikan suatu barang? Entah lah.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang