12. conversation

4.6K 464 37
                                    

Tell me about the things you think about right before you fall asleep. Tell me anything and everything.

G - J

.

.

.

Dengan langkah yang tegas dan sorotan mata yang tajam, Tio berjalan menuju ruangan Jevan dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam kantung celananya. Beberapa kali sempat Tio dapatkan sapaan ramah dari karyawan yang mengenal siapa sosok Tio dalam keluarga Jevan.

Hema yang kebetulan membuka pintu terlebih dahulu terkejut saat melihat kedatangan Tio. Sempat menundukkan kepalanya sebelum memberi jalan untuk Tio masuk kedalam ruangan Jevan. "Silakan masuk pak." ucap Hema.

"Terimakasih." jawab Tio, berjalan masuk kedalam ruangan Jevan.

Jevan berdiri, lalu menyambut kedatangan abang iparnya dengan penuh keramahan. "Apa kabar, mas?" tanya Jevan, memeluk Tio untuk beberapa detik.

"Alhamdulillah baik. Mas langsung ke intinya aja ya, soalnya harus ke rumah mama lagi."

"Duduk dulu lah mas sambilan minum kopi." pinta Jevan, membawa mereka untuk duduk di sofa yang tersedia.

Tio duduk, kemudian menyenderkan punggungnya ke sofa. "Jadi ini CSR-nya mau mengundang mas sama papa? Nggak perusahaan kamu aja?" ucap Tio membuka pembahasan.

Pintu diketuk, yang kemudian muncul karyawan Jevan membawa dua gelas kopi untuk disajikan kepada Jevan dan Tio.

"Minum, mas." pinta Jevan dengan sopan. "Team PR nyaranin begitu mas, untuk membentuk citra baik dua perusahaan, juga sekaligus bentuk silahturahmi kita sebagai dua perusahaan yang udah bekerja sama. Melibatkan rumah sakit papa juga, yang kemungkinan kak Jihan memimpin untuk kegiatan ini."

Tio menyeruput kopinya. Beberapa detik terdiam sembari tangannya bergerak menaruh kembali gelas berisi kopi di meja. "Kak Jihan udah tau rencana ini? Persiapannya udah berapa persen?" tanya Tio.

"Masih dalam proses perkembangan, aku akan kabarin mas kalau team PR udah menyiapkan semuanya secara matang."

"Update terus ke mas ya, karena kebetulan kegiatan ini mau melibatkan kak Jihan, mas harus lihat kondisi kesehatan kak Jihan dulu, dan pastinya bentuk acaranya juga, memastikan kiranya kak Jihan kuat atau nggak."

"Suami protektif banget mas Tio ini ya."

"Ya jelas dong." sergah Tio cepat. "Sebagai seorang suami udah jadi tanggung jawab mas memastikan kesehatan fisik dan mental istri mas. Karena mas tau, kak Jihan juga sebagai seorang istri lebih banyak bebannya dari pada mas yang cuman kerja dan kerja. Para perempuan itu hebat, ngeluhnya nggak secara terang-terangan. Tapi mas tau diam-diam juga kak Jihan pasti merasa capek. Kerja, ngurus anak, ngurus rumah dan belum lagi ngurus mas 'kan." jelas Tio, membuat Jevan merasa takjub akan sosok Tio.

"Perpaduan mas dan kak Jihan udah paling the best lah, keduanya sama-sama pengertian." puji Jevan.

Tio tersenyum, ada rasa bangga dalam diri Tio karena bisa mendapatkan sosok Jihan sebagai istrinya. "Kak Jihan sama Giana hampir sama karakternya. Pekerja keras, penyayang juga perhatian. Kamu juga beruntung tuh dapet adik mas, dijaga ya itu Giana. Berlian kalah berharganya sama Giana."

Iya, Jevan akan menjaga Giana sekuat yang Jevan bisa. Tapi, untuk memberikan hatinya seperti bagaimana Tio memberikan hatinya untuk Jihan, Jevan masih dalam tahap berusaha. Karena nyatanya, sampai saat ini bayangan tentang Milly masih mengisi kepala Jevan.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang