27. tuntas yang tidak sepenuhnya

3.9K 341 20
                                    

You make the small moments special

- dari Giana untuk Jevan -

.

.

.

Panji meletakkan ponsel miliknya dengan kasar ke meja, membuat Milly dan Yora terlonjak kaget sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Akun anonim, pencemaran nama baik. Lo pikir Jevan nggak bisa menemukan siapa pemilik dibalik akun anonim itu, Yora?" ucap Panji menatap lurus pada Yora yang masih diam sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu.

Sewaktu berita mengenai Jevan yang mengajukan tuntutan terhadap Yora atas pencemaran nama baik turun, jujur Milly merasa sangat kecewa kepada Yora. Karena perlakuan buruk Yora yang sangat tidak bertanggung jawab, Milly dituduh atas kesalahan yang tidak pernah Milly lakukan.

"Apa sih yang ada di otak lo sampe ngelakuin hal kayak begini?" tanya Panji.

Yora mendongak, membalas tatapan Panji yang menatap marah kearahnya. "Alasan apalagi kalau bukan karena Milly?" balas Yora, membuat Milly langsung menatapnya marah.

Lagi? Milly langsung menghela nafas lelah. Mengontrol emosi yang tiba-tiba menumpuk. Kenapa semua orang selalu melibatkan dirinya?

Yora menoleh kearah Milly. "Sejak Milly putus sama lo, emosi dia balik kayak dulu, kadang menghilang yang bikin gue khawatir. Makin menjadi-jadi waktu gue tau Milly juga putus sama Jevan. Apa lo tau dia hampir bunuh diri kalau nggak karena gue datang buat halangi dia minum obat sebanyak itu? Lo mana peduli, Nji! Gue yang peduli sama kondisi dia! Gue! Salah, kalau gue cuman mau Milly balik sehat kayak dulu?" jelas Yora dengan nafas yang memburu.

Milly menarik bahu Yora dengan kasar. "Bisa-bisanya lo jadiin gue alasan dari perlakuan jahat lo? Gue nggak butuh bantuan lo. Gue nggak butuh kepedulian lo."

"Milly—"

"LO SEMUA BISA NGGAK SIH BIKIN GUE JADI MANUSIA NORMAL?" pekik Milly, dadanya naik turun menahan sesak.

Panji menarik tangan Milly untuk mendekat, yang langsung Milly tepis dengan kasar. Terlihat Panji mulai lelah dengan apa yang akhir-akhir ini terjadi.

"Oke! Gue memang hampir gila putus sama Panji dan Jevan, tapi bukan berarti gue hilang akal. Satu-satunya alasan gue hampir bunuh diri karena gue cuman mau ketemu mama. Gue capek, kak."

"Lo bahkan nggak pernah ngeluh tentang nyokap lo—"

"Lo tau apa? Lo tau isi hati gue? Lo tau isi pikiran gue? Lo tau apa yang sebenarnya gue rasakan? Nggak 'kan, kak! Satu-satunya orang yang paham tentang diri gue, adalah diri gue sendiri. Jadi stop peduli sama gue, karena gue nggak butuh itu semua dari lo." tuntas Milly, meninggalkan Yora dan Panji dalam diam.

Yora menyisir rambutnya kebelakang sembari menghela nafas kasar. "Gue serius! Niat gue cuman mau Milly balik sama Jevan."

"Lo goblok, kak! Cara lo salah, karena mau sampai kapanpun Jevan nggak akan bisa balik lagi ke Milly. Stop melakukan tindakan murahan yang merugikan banyak orang."

"Gue ngelakuin ini demi Milly! Dia udah gue anggap sebagai adik gue sendiri, dan lihat dia sekacau itu bikin gue ikutan sedih. Gue mau lihat dia baik-baik aja dengan dia balik ke Jevan ataupun lo, tapi gue nggak bisa angkat berita lo sama Milly karena gue tau konsekuensinya gimana, perusahaan ini bakalan kacau. Makanya gue—"

"Stop!" potong Panji, muak mendengar alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal sehatnya. "Gue nggak bisa membela tindakan lo kali ini, silakan lo urus sendiri masalah yang lo buat." sambung Panji, lalu meninggalkan Yora dengan pikiran yang kalut.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang