2. debatnya calon pengantin

5.1K 502 24
                                    

Ini aku lupa izin save foto dari akun twitter @oshruby maaf ya baru izin sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini aku lupa izin save foto dari akun twitter @oshruby maaf ya baru izin sekarang. Punten editannya keren banget bikin aku mesem-mesem sendiri:")

.

.

.


Mau tau apa yang paling menyebalkan saat dihari weekend? Itu adalah Giana yang dengan sengaja begadang agar bisa bangun siang, namun harus dengan berat hati terbangun dari tidur nyenyaknya saat Jevan datang mengunjungi rumahnya. Tanpa dosa, cowok dengan tatapan yang mengintimidasi itu masuk ke kamar Giana lalu menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Giana.

"Bangun! Gue tau lo udah bangun. Ikut gue sekarang! Papa ngajak main golf." ucap Jevan, menggoyang lengan Giana secara brutal. "Cepat Giana!" sambungnya tak sabaran.

"Anjing lo!" maki Giana bangkit dari posisi tidurnya. "Ini weekend, bisa nggak untuk nggak ganggu tidur gue? Asli gue baru tidur jam tiga pagi gara-gara nonton Netflix, Jevan." jelas Giana kesal, menatap marah pada Jevan yang hanya berdiri dengan kedua tangan yang terlipat diatas perut.

"Lo pikir gue mau ganggu tidur lo? Dari pada pergi sama lo mendingan gue pergi sama cewek gue sekarang." ucap Jevan tak kalah sinis.

Oke! Putar ke beberapa hari yang lalu saat makan malam keluarga, dimana malam itu semua orang berangsur pergi dan menyisakan Giana bersama dengan Jevan di dalam mobil Jevan, yang sejujurnya saat itu Giana mampu mengendarai mobilnya sendiri. Tapi karena paksaan orangtua Jevan, mau tak mau Giana harus dengan ikhlas membiarkan mobilnya dibawa pulang oleh mama dan memilih diantar Jevan dengan alasan untuk saling mengenal lebih dekat.

"Gue udah punya pacar."

Giana langsung menoleh saat Jevan memecahkan keheningan diantara mereka.

Jevan melirik Giana. "Kita nanti bikin perjanjian pranikah aja, maksud gue— gue nggak bisa ninggalin cewe gue gitu aja. Hubungan gue sama dia udah jalan setahun." jelas Jevan, membuat Giana mencibirnya dalam hati.

"Terus kenapa lo terima perjodohan ini?"

"Gue udah sempat nolak, tapi papa sama mama bersikeras kalau gue harus nikah sama lo. Gue juga nggak tau alasannya kenapa."

"Gila ya lo! Terus gimana? Pernikahan itu sakral, jangan lo mainin."

"Ya makanya! Gue bilang kita bikin perjanjian, kalau dalam enam bulan kita masih nggak bisa terbuka dengan pernikahan kita. Gue akan ceraikan lo."

Giana tentunya menolak. Sembarangan kalau ngomong, harga diri Giana jadi pertaruhannya. "STRES." maki Giana tepat di telinga Jevan, membuat Jevan mengelus lembut telinganya sembari menatap sinis Giana. "Kalau selama enam bulan kita gagal, gue orang yang paling dirugikan disini. Lo bebas nyentuh gue tapi setelah semuanya nggak work buat kita berdua, lo mau ceraikan gue? HALLLOOOO, . . HARGA DIRI GUE JADI TARUHANNYA TUAN JEVAN YANG TERHORMAT." kesal Giana, tidak adalagi raut wajah ramah yang tadi Giana tunjukkan kepada orangtua Jevan dan tentunya kepada Jevan juga.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang