10. potongan puzzle

4.2K 464 66
                                    

Manusia itu yang paling besar egonya. Selalu ingin merasa menang, padahal sesekali kalah itu gapapa.

.

.

.

Jevan menghampiri Hema yang sedang asik menyeruput kopinya sembari tangannya sibuk berkutat dengan iPad. Kemudian mengambil posisi duduk dihadapan Haikal. "Cari tau dong kenapa Giana sama Milly bisa saling kenal." celetuk Jevan, bersandar pada kursi.

"Tiba-tiba?"

"Selesai main golf sama Giana dan papa, gue jemput Milly. Ternyata mereka saling kenal, tapi kayaknya hubungan mereka nggak baik. Cari tau, bulan depan gue tambahin bonus." jelas Jevan, membuat senyum merekah muncul dibibir Hema.

"Tanpa lo suruh gue udah tau."

"Maksudnya?"

Hema terkekeh, lalu memposisikan tubuhnya sepenuhnya kepada Jevan. "Panji——"

"Jangan bilang?"

"Gocha!!" serbu Hema cepat. "Panji sama Giana pacaran waktu awal kuliah, hubungan mereka yang gue tau sih baik-baik aja, sampai akhirnya Panji ketahuan selingkuh sama Milly dan mereka berakhir putus." jelas Hema, menyeruput kembali kopinya lalu kembali fokus.

Jevan masih terdiam, informasi yang baru diterimanya terlalu mengejutkan, membuatnya benar-benar tidak habis pikir dengan dunia yang ternyata tidak seluas yang dibayangkan Jevan.

"Pacar terakhir Giana itu Panji sampai akhirnya Giana dijodohkan sama lo. So, . . Yakin masih mau mempertahankan Milly?" sambung Hema, menatap serius pada Jevan.

Jevan tertawa renyah. "Anjirrr keren juga cewe gue, mainnya halus banget." sindir Jevan, menggeleng tidak percaya pada sikap Milly yang selalu terlihat polos saat bersamanya.

"Tapi demen juga 'kan lo?!"

"Iya, kayaknya gue cowok terbego yang pernah ada. Bisa-bisanya udah tau kalau gue selingkuhan dia, masih aja dipertahankan. Mana jejak masa lalu dia pernah jadi selingkuhan juga lagi di hubungan calon istri gue. Pantes Giana kayak nggak suka banget sama Milly."

"Tapi sampai sekarang hubungan mereka awet." koreksi Hema cepat, membuat Jevan menghela nafas pelan. "Lo dikasih apa sama dia sampai nggak bisa lepas begitu?" sambung Hema bertanya, bingung juga sama sahabatnya ini. Dari dulu tau kalau Jevan itu selingkuhan Milly tapi masih tetap mempertahankan Milly sebagai kekasihnya. Sebenarnya point plus apa yang Jevan dapatkan dari mempertahankan Milly.

Jevan juga bingung. "Apa ya? Nyentuh dia juga gue jarang bahkan bisa dihitung selama hampir setahun hubungan. Kenapa bisa gue bego begini."

"Gws deh, semoga cepat sadar aja gue bilang mah. Hubungan lo sama Milly itu dari awal toxic, mending cari yang sehat aja kayak sama Giana."

"Milly sama Panji juga begitu."

"Ngapain lo urusin anjir?" sergah Hema cepat. "Mereka dipisahin juga bakalan balik lagi. Mereka udah tau cara pulang ke rumah masing-masing. Mendingan lo pikirin aja diri lo sendiri."

"Berat, Hem!"

Hema menghela nafas berat. Susah memang nasihati cowok bebal seperti Jevan. "Terserah lo deh." ucapnya final. Membiarkan Jevan berperang dengan isi kepalanya sendiri.

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Hema terkadang bingung sama identitas dari pekerjaannya. Diakui memang Hema ini sekretaris Jevan, tapi agaknya Jevan sedikit tidak tau diri sebab mendatangi rumahnya pukul 12 malam hanya untuk meminta Hema mencari informasi, apakah Jevan pernah mengalami kecelakaan atau semacamnya yang membuat Jevan hilang ingatan. Sungguh, jika tidak ingat kalau sahabatnya ini yang menggaji dirinya dengan begitu loyal, sudah Hema pastikan dirinya akan berangsur pergi meninggalkan pekerjaan yang tidak kenal waktu ini.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang